Wednesday, November 21, 2012

Pembersihan Etnis


Turki Tuduh Israel Lakukan Pembersihan Bangsa di Gaza

Ankara (AFP/ANTARA) - Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan pada Selasa menuduh Israel melakukan pembersihan bangsa di Gaza, dengan menyatakan serangan udara negara Yahudi itu tidak dapat dianggap membela diri.
"Israel melakukan pembersihan bangsa dengan mengabaikan perdamaian di kawasan ini dan melanggar hukum antarbangsa," kata Erdogan, "Ia berusaha menduduki wilayah Palestina selangkah demi selangkah."
Perdana menteri itu menyatakan serangan udara Israel terhadap Gaza tidak bisa dianggap pertahanan diri dan menuduh negara Barat membantu yang disebut negara teroris dengan memaklumi kekerasannya di Timur Tengah.
"Cepat atau lambat, Israel akan menjawab untuk darah tak berdosa, yang ditumpahkannya," katanya.
Pada Senin, Erdogan menyatakan Perserikatan Bangsa-Bangsa menutup mata pada serangan Israel terhadap rakyat Palestina dan menuduh badan dunia tersebut berstandar ganda terhadap Muslim.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon pada Selasa menyatakan gerakan darat Israel di Gaza akan mengakibatkan pergolakan berbahaya, yang harus dihindari.
Dalam jumpa pers di Kairo sesudah pembicaraan dengan ketua Liga Arab Nabil Elaraby itu, ia juga menyerukan gencatan senjata segera di wilayah kantong Palestina tersebut.
Pada Selasa petang, sekretaris jenderal badan dunia itu dijadwalkan menuju Israel untuk berbicara dengan Perdana Menteri Isarel Benjamin Netanyahu.
Gempuran darat atas Jalur Gaza akan menghilangkan kepercayaan dan dukungan negara lain terhadap Israel, kata Menteri Luar Negeri Inggris William Hague memperingatkan pada Minggu.
Hague kepada televisi Sky News menyatakan, jauh lebih sulit membatasi korban di kalangan rakyat dalam serangan darat dan itu mengancam memperpanjang kemelut.
Pernyataan itu muncul sesudah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan angkatan bersenjata siap "memperluas secara berarti" gerakan terhadap pejuang di Jalur Gaza, yang dikelola Hamas, saat kekerasan memasuki hari kelima.
Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius pada Minggu menyatakan gencatan senjata antara Israel dengan pejuang Gaza adalah kebutuhan mendesak dan Perancis bersedia membantu menengahi gencatan senjata.
"Perang bukan pilihan. Itu tidak pernah menjadi pilihan," katanya kepada wartawan di Tel Aviv, "Ada dua kata kunci: kemendesakan dan gencatan senjata." (ar)

http://id.berita.yahoo.com/turki-tuduh-israel-lakukan-pembersihan-bangsa-di-gaza-133818039.html

Wednesday, November 14, 2012

Misi "Gila" Baumgartner Terjun dari Stratosfer Sukses



BBCFelix Baumgartner
NEW MEXICO, KOMPAS.com — Felix Baumgartner,skydiver asal Austria, berhasil melaksanakan misinya memecahkan rekor skydiving dunia. Berdasarkan laporan AP, Senin (15/10/2012) dini hari WIB, pria tersebut telah mendarat.

Baumgartner terjun dengan balon udara. Penerjunannya akhirnya berhasil dilakukan setelah dua kali penundaan pada Senin (8/10/2012) dan Selasa (9/10/2012). Penundaan sebelumnya terpaksa dilakukan karena faktor angin yang akan mengganggu penerjunan.

Sekitar tiga jam sebelum artikel ini diturunkan, BBC melaporkan bahwa balon udara Baumgartner mulai naik ke atmosfer meninggalkan tempat peluncuran di Roswell, New Mexico, Amerika Serikat. Balon udara akan menuju ketinggian 38,6 km dari permukaan air laut.

Penerjunan Baumgartner hingga kembali mencapai permukaan Bumi ditempuh dalam waktu sekitar 10 menit. Setengah dari perjalanan itu ditempuh dengan gerak jatuh bebas berkecepatan 1.110 km/jam alias menembus kecepatan suara. Setelahnya, parasut akan dibuka.

Dengan penerjunan ini, Baumgartner memecahkan tiga rekor sekaligus. Pertama adalah menjadi manusia pertama yang bergerak hingga menembus kecepatan suara tanpa bantuan alat apa pun. Otomatis, ia juga menjadi penerjun dengan kecepatan tertinggi.

Rekor lain, Baumgartner juga menjadi penerjun dengan titik penerjunan tertinggi. Rekor titik terjun tertinggi dipegang oleh Joe Kittinger dari US Air Force yang terjun dari ketinggian 31,3 km dari permukaan laut.

Sejumlah tantangan dihadapi Baumgartner. Ia mempertaruhkan nyawanya. Tekanan pada ketinggian penerjunan kurang dari 2 persen dari tekanan di muka air laut. Suhu juga sangat rendah. Jika pakaian khusus rusak, ia bisa terkena gejala ebullism alias darah mendidih.

Belum lagi soal teknik melompat. Jika melompat dengan posisi yang salah, ia akan bergerak dengan berputar-putar. Gerak putaran dengan kecepatan tinggi berpotensi merusak sistem kardiovaskuler, otak, dan mata.

Laporan terakhir AP beberapa menit yang lalu menyatakan bahwa penerjunan telah berhasil. Baumgartner berhasil mendarat di sebuah gurun di wilayah timur New Mexico setelah memulai perjalanan dari ketinggian yang sudah masuk lapisan stratosfer.

AP melaporkan, sesaat setelah pendaratan, Baumgartner mengangkat lengan sebagai tanda kemenangan. Misi pemecahan rekor berhasil dilakukan dengan sempurna. Baumgartner kembali dengan selamat.

http://sains.kompas.com/read/2012/10/15/02250561/Misi.Gila.Baumgartner.Terjun.dari.Stratosfer.Sukses

2028: Akhir Dunia?

"Tidak ada yang radikal tentang hal yang kita bicarakan," tutur jurnalis dan aktivis perubahan iklim Bill McKibben di hadapan 1.000 orang di University of California Los Angeles kemarin malam. "Orang yang radikal bekerja untuk perusahaan minyak."

Pernyataan seperti itu mungkin terdengar berlebihan bagi kebanyakan orang Amerika. Namun, siapa pun yang mengikuti penuh kuliah McKibben akan tahu dia tidak berlebihan.

McKibben berada di Los Angeles sebagai bagian dari tur nasionalnya, "Do the Math". Berdasarkan artikel terbarunya di Rolling Stone, ("Dengan Justin Bieber sebagai model sampulnya," canda McKibben) acara itu pada dasarnya adalah sebuah rangkaian kuliah yang didasarkan pada premis tunggal: perubahan iklim adalah matematika sederhana — dan hasil perhitungan tidak terlihat baik. Jika para pemimpin dunia tidak segera mengambil tindakan: "Planet ini akan hancur."

Matematika iklim, McKibben menjelaskan, bekerja seperti ini. Pemimpin dunia baru-baru ini mencapai suatu perjanjian internasional yang didasarkan pada pemahaman ilmiah bahwa kenaikan suhu global 2 derajat Celsius akan menimbulkan bencana bagi masa depan umat manusia.

Untuk mencapai temperatur global yang mengkhawatirkan itu, bumi melepaskan 565 gigaton karbon dioksida ke atmosfer. Inilah masalahnya: perusahaan bahan bakar fosil saat ini memiliki 2.795 gigaton karbon dioksida dalam cadangan bahan bakar mereka — dan bisnis mereka tergantung pada bahan bakar yang dipasarkan dan digunakan. Pada tingkat konsumsi saat ini, dunia akan melewati ambang batas 565 gigaton dalam waktu 16 tahun.

Untuk mencegah kiamat, industri yang paling menguntungkan dalam sejarah umat manusia justru perlu ditutup.

"Malam ini," kata McKibben, "kita akan mencecar industri bahan bakar fosil."

Bukan hal yang mudah. Industri minyak memberikan keuntungan tahunan sebesar $137 miliar (sekitar Rp1,3 kuadriliun) dan kekuasaan politik. McKibben mencatat, "perusahaan minyak patuh hukum karena mereka bisa mendikte hukum."

Namun, ada beberapa angka yang menguntungkan McKibben. Jajak pendapat terbaru menunjukkan 74 persen orang Amerika sekarang percaya pada perubahan iklim, dan 68 persen menganggap itu sebagai sesuatu yang berbahaya. Masalah yang dihadapi aktivis lingkungan adalah bagaimana menerjemahkan angka-angka itu menjadi tindakan nyata.

Munculah  "Do the Math."

Menggunakan popularitas McKibben sebagai seorang penulis, kegiatan kuliah diubah menjadi mesin politik. Sebelum mengadakan kuliah umum, Do the Math dengan cerdas bekerja sama dengan kelompok-kelompok lingkungan setempat. Sebelum perkuliahan McKibben dimulai, kelompok-kelompok ini diperbolehkan naik ke atas panggung dan berbicara tentang isu-isu setempat yang perlu diperjuangkan. 

Informasi kontak dikumpulkan untuk menjaga penonton selalu mengetahui upaya terbaru tentang isu-isu tersebut. Para penonton ternyata tidak hanya menjadi pendengar kuliah McKibben, mereka tiba-tiba menjadi bagian dari gerakan lokal lingkungan mereka.

Ini adalah strategi cerdas, dan penting — karena masalah perubahan iklim hampir secara eksklusif bersifat politis. Antara energi yang dapat diperbaharui dan teknik yang lebih efisien, teknologi sudah ada untuk mencegah bencana pemanasan global. 

Meskipun penerapannya di Amerika Serikat masih tertinggal, teknologi itu sedang digunakan dalam skala massal di negara-negara lain. Di Cina dengan populasi miliaran dan kesenjangan kekayaan yang luar biasa, 25 persen negara itu masih menggunakan panel surya untuk memanaskan air. Jerman — negara dengan perekonomian kuat di Eropa — selama hampir satu dekade, berhasil mendapatkan setengah energi dari sumber yang berkelanjutan.

Hal yang sama bisa terjadi di Amerika asalkan negara itu memiliki kemauan untuk mewujudkannya. Menurut McKibben, kunci untuk mewujudkan tujuan itu adalah dengan memerangi industri bahan bakar fosil dari akarnya.

Untuk memulainya, dia menyerukan pembebasan global dari perusahaan bahan bakar fosil. "Kami meminta orang-orang yang percaya pada masalah perubahan iklim untuk menghentikan mencari nafkah dari itu. Sama seperti dengan gerakan pembebasan apartheid di Afrika Selatan, kita harus mengeliminasi perusahaan minyak yang dianggap terhormat. "

Melanjutkan aksi protes terhadap proyek-proyek energi yang tidak berkelanjutan juga akan sangat penting. McKibben akan berada di Washington, D.C. pada 18 November untuk memimpin unjuk rasa menentang perubahan iklim dan Keystone Pipeline. "Kita tidak bisa lagi hanya berasumsi bahwa Presiden Obama akan melakukan segala yang dijanjikannya selama kampanye. Kita perlu mendorongnya. "

"Saya tidak tahu apakah kita akan menang. Namun, saya tahu kita akan berjuang.”

http://id.berita.yahoo.com/2028-akhir-dunia.html