Wednesday, September 20, 2023

4 Langkah Perangi Konten LGBT

4 Langkah Perangi Konten LGBT Pada Anak ala Ning Ita Fajria Tamim 

Keberadaan konten Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) dalam media bebas kembali menghebohkan publik lewat tayangan anak-anak di kanal Youtube Kids. Tayangan tersebut diduga menyisipkan paham LGBT lantaran ada kutipan lirik berbunyi, “tapi papa dan ayahku siap membantu,”. 

Dengan artian ia diduga memiliki dua orang tua berjenis kelamin laki-laki. Merespons hal itu, Dokter sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Nazhatut Thullab, Sampang, Jawa Timur, dr Ita Fajria Tamim menyebutkan bahwa tayangan di media, khususnya film, memiliki potensi besar untuk memengaruhi tindakan, perilaku dan gaya hidup penontonnya. 

“Ideologi apa pun itu, LGBT atau lainnya pasti mengharapkan pendukung lebih banyak untuk meyakini budaya itu, film jadi salah satu medium," kata Ning Ita, sapaannya, kepada NU Online, Jumat (25/8/2023).  

Untuk mencegah hal itu terjadi, Ning Ita, membagikan empat langkah memerangi konten LGBT pada tontonan anak, sebagai berikut:  

Memberikan pendidikan seks pada anak 

Menurutnya, dengan melakukan pendidikan seksual kepada anak-anak, mereka akan dapat memahami perilaku-perilaku menyimpang yang dilakukan LGBT. Orang tua bisa mulai membangun komunikasi yang mudah dimengerti tentang nilai-nilai fitrah seksual, sehingga nilai-nilai tersebut tertanam dan terinternalisasi sejak dini.   

“Mengenalkan fitrah seksual ketika mereka sudah  mengerti dan bisa merespons, biasanya di usia 2-3 tahun. Orang tua harus memulai mengenalkan bahwa fitrahnya laki-laki diciptakan untuk perempuan. Contohnya: ayah sama ibu, kakek dan nenek, om dan tante. 

Semua diciptakan berpasang-pasangan dengan jenis kelamin yang berbeda-beda karena fitrahnya seperti itu,” beber Ning Ita.  

“Sebaliknya, kita perlu mempertegas kalau ternyata ada orang yang suka dengan sejenisnya itu berarti menyalahi fitrah dan itu tidak diperbolehkan,” sambung dia.  


Selalu menemani anak dan menonton bersama-sama 

Ia menyebut bahwa keberadaan media sosial saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat, tak terkecuali anak-anak. Kemudahan akses informasi dan pengetahuan di media sosial menjadi sarana yang tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan sehari-hari.  

Untuk itu kontrol atau pengawasan orang tua terhadap tontonan anak-anak perlu ditingkatkan. Pasalnya, beberapa tayangan anak, memang bersifat mendidik. Namun, ada juga yang tidak mendidik alias menyimpang.  

“Itu paling tidak ikhtiar yang bisa kita lakukan. Karena melepas 100 persen anak untuk tidak memegang gawai/menggunakan media sosial itu tidak mungkin di zaman sekarang,” ucap penulis buku Sekosong Jiwa Kadaver itu.  


Pengawasan dari pihak eksternal 

Tak hanya kepada orang tua, ia juga meminta kepada pihak-pihak pemangku kebijakan, dalam hal ini pemerintah untuk lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai konten menyimpang yang menyasar anak-anak di media publik. 

“Karena pemerintah ini kan pemegang kebijakan kalau pemerintah berkenan untuk membuat kebijakan misalnya untuk mengurangi akses masuk paham-paham LGBT itu maka dampaknya tentu akan lebih luas. Jadi, harapannya pemerintah bisa secepatnya bertindak melawan ini,” katanya.  


Berdoa 

Selain upaya lahiriah sebagaimana yang disebutkan di atas, ia menyebut berdoa sebagai ikhtiar batin juga perlu dilakukan. "Berikutnya adalah perbanyak berdoa kepada Allah swt agar anak kita senantiasa dilindungi dari paham-paham yang menyimpang,” tandas dokter yang fokus di bidang pengembangan diri dan kesehatan mental itu. 


Sumber: 

https://www.nu.or.id/nasional/4-langkah-perangi-konten-lgbt-pada-anak-ala-ning-ita-fajria-tamim-mdsOR

Tuesday, September 5, 2023

Tidak Ada Gen yang Sebabkan Seseorang Jadi Gay

Peneliti Ungkap tak Ada Gen yang Sebabkan Seseorang Jadi Gay
Studi ilmiah menyebut faktor nongenetik yang menyebabkan seseorang jadi gay
Jumat 30 Aug 2019 


Sebuah studi ilmiah yang meneliti dasar biologis perilaku seksual telah mengkonfirmasi tidak ada istilah gen gay. Kendati begitu terdapat campuran kompleks genetika dan pengaruh lingkungan yang bisa membuat seseorang menjadi penyuka sesama jenis.

Berdasarkan penelitian yang menganalisis data tentang DNA dan pengalaman seksual dari hampir setengah juta orang, terdapat ribuan varian genetik yang terkait dengan perilaku seksual sesama jenis, sebagian besar dengan efek yang sangat kecil. Lima dari penanda genetik secara signifikan dikaitkan dengan perilaku sesama jenis. Hanya saja sejumlah peneliti berpendapat hal itu masih jauh dari prediksi tentang preferensi seksual seseorang.

 "Kami memindai seluruh genom manusia dan menemukan lokasi yang jelas terkait dengan apakah seseorang melaporkan terlibat dalam perilaku seksual sesama jenis atau tidak," kata Ahli Biologi di Institute of Molecular Medicine di Finlandia, Andrea Ganna, yang juga ikut memimpin penelitian tersebut sebagaimana dilansir dari Reuters, Jumat (30/8). 

Artinya, menurut dia penelitian tersebut menunjukkan faktor-faktor nongenetik yang menyebabkan terjadinya perilaku menyukai sesama jenis. Faktor-faktornya antara lain lingkungan, pengasuhan, kepribadian, dan pengasuhan yang jauh lebih signifikan dalam mempengaruhi pilihan pasangan seksual seseorang. Hal ini layaknya dengan kebanyakan kepribadian, perilaku, dan sifat fisik manusia lainnya. 

Penelitian ini menganalisis tanggapan survei dan melakukan analisis yang dikenal sebagai studi asosiasi genom (GWAS) dengan responden lebih dari 470 ribu orang yang telah memberikan sampel DNA dan informasi gaya hidup ke Biobank Inggris serta pengujian genetika Amerika Serikat.

Adapun perusahaan yang mendanai penelitian itu, 23andMeInc, saat ditanya mengapa mereka ingin melakukan penelitian seperti itu, tim mengatakan kepada wartawan pada konferensi jarak jauh bahwa studi sebelumnya tentang topik ini kebanyakan terlalu kecil untuk memberikan kesimpulan yang kuat. "Studi sebelumnya kecil dan kurang kuat," kata Ganna. 

Untuk itu pihaknya memutuskan untuk membentuk konsorsium internasional yang besar dan mengumpulkan data untuk (hampir) 500 ribu orang yang kira-kira 100 kali lebih besar dari penelitian sebelumnya tentang topik tersebut.  Hasilnya, yang diterbitkan dalam jurnal Science pada hari Kamis, (29/8) bahwa tidak ditemukan pola yang jelas di antara varian genetik yang dapat digunakan untuk memprediksi atau mengidentifikasi perilaku seksual seseorang secara bermakna. 

"Kami telah mengklarifikasi bahwa ada banyak keragaman di sana," Anggota di Broad Institute MIT dan Harvard yang bekerja dengan Ganna, Benjamin Neale.


Sumber :
https://ameera.republika.co.id/berita/px0n4u349/peneliti-ungkap-tak-ada-gen-yang-sebabkan-seseorang-jadi-gay