Saturday, December 13, 2014

Penjelasan Ilmiah 10 Bencana yang Menimpa Firaun


Wabak Mesir atau Sepuluh Wabak merupakan sepuluh bencana yang diturunkan kepada masyarakat Mesir purba oleh Tuhan sebagai pertanda untuk memaksa Firaun (Ramesses II) untuk membebaskan Bani Israel.

Al-Quran tidak menyebutkan sepuluh bencana ini seperti yang disebutkan dalam Injil dan Taurat dengan panjang tetapi Quran menyebutkan secara jelas 5 penderitaan (surat 7:133) iaitu:

"(Allah berfirman): Kami pun menghantarkan kepada mereka taufan dan belalang, dan kutu dan katak dan darah, sebagai tanda-tanda dan bukti yang jelas nyata, maka mereka juga tetap berlaku sombong takbur dan menjadi kaum yang menderhaka."

10 Bencana tersebut adalah
Sungai dan punca air lain bertukar menjadi darah
Reptilia (dipercayai katak dan kodok)
Kutu / nyamuk
Lalat, hewan liar atau kumbang
Penyakit pada ternakan dan tanaman
Bisul dan kudis yang tak terubat
Hujan batu yang berapi
Belalang
Kegelapan
Kematian anak sulung


Berdasarkan riset yg dilakukan sejumlah ahli, mereka mengemukakan beberapa argumen tentang tulah Mesir dari segi ILMIAH/SAINS. Para pemuka agama sendiri percaya bahwa segala sesuatu di bumi mengalami proses yg bisa dijelaskan secara ilmiah, bukan semata-mata “Tuhan berucap & segalanya terjadi tanpa proses”. Diperkirakan tulah Mesir terjadi pada tahun 1500 SM, sementara Firaun saat itu adalah Firaun Ramses II, yg mayatnya sekarang masih bisa dilihat dalam wujud mumi.

Asal mula dari Tulah Mesir menurut para ahli adalah meletusnya Gunung Santorini di Thera, Yunani. Secara geografis, Yunani memang terletak tepat di utara Mesir. Letusan Gunung Santorini sendiri merupakan salah satu letusan gunung terbesar yg pernah diketahui dalam sejarah manusia. Mungkin letusan gunung berapi yg bisa melampaui letusan Gunung Santorini hanyalah letusan Gunung Krakatau & Tambora (keduanya di Indonesia). Letusan Gunung Santorini meyebabkan pulau tempat gunung itu berada hancur & sekarang, cekungan kawah bekas letusannya bisa dilihat di perairan Yunani dekat Pulau Kreta. Salah satu bukti yg mendukung teori itu adalah penemuan sisa-sisa material gunung berapi di sekitar Sungai Nil, sementara di daerah Mesir & sekitar Sungai Nil sendiri tidak ada gunung berapi


Berikut adalah 10 Tulah Mesir menurut kajian ilmiah

Tulah 1 : Air sungai Nil berwarna merah darah & ikan-ikan mati

 Menurut para ahli, warna merah di sungai Nil bukanlah warna darah, melainkan alga merah. Usai Gunung Santorini meletus, debu vulkanisnya yg subur pun terbawa angin & jatuh ke Sungai Nil. Debu ini membuat Sungai Nil menjadi kelewat subur sehingga populasi alga merah di sana pun mengalami ledakan (blooming). Akibatnya, hampir seluruh bagian sungai berwarna merah. Karena populasinya kelewat banyak, sebagian besar alga itu mati dengan sendirinya & ketika mati membusuk, alga itu menghasilkan gas amoniak. Gas itulah yg menyebabkan matinya hewan-hewan di sungai, termasuk ikan

Tulah 2 : Kodok

AKibat tercemarnya air sungai oleh alga, sungai itupun tidak bisa lagi ditempati hewan. Hewan-hewan air seperti ikan mati, sementara mereka yg bisa berpindah tempat seperti kodok keluar mencari habitat baru. Akibatnya, terjadi ledakan populasi kodok di darat & karena wilayah Mesir adalah gurun, kodok-kodok itu mati secara massal

Tulah 3: Nyamuk

Karena sejumlah besar kodok mati, populasi serangga seperti nyamuk pun meningkat secara tajam. Wabah serangga itu pun memasuki kota di mana orang-orang Mesir tinggal

Tulah 4 : Lalat pikat

Sama seperti tulah ketiga, karena kodok sebagai predator alamiah serangga itu mati, populasi lalat pikat (lalat penghisap darah) pun meningkat tajam

Tulah 5: Penyakit Sampar Pada Ternak

Meningkatnya wabah serangga-serangga penghisap darah seperti lalat pikat menyebabkan munculnya wabah penyakit ternak. Menurut para ahli, para serangga itu menyebarkan penyakit saat menggigit & karena jumlah mereka sangat banyak, jumlah ternak yg terjangkit pun menjadi amat banyak & muncul kematian massal pada ternak


Tulah 6 : Wabah bisul yg tidak bisa disembuhkan (Barah)

Sama dengan tulah kelima, hewan-hewan penghisap darah itu memindahkan penyakit dari hewan-hewan ternak serta orang-orang sakit. Dan karena banyaknya orang yg sakit, penyakit itu menjadi mudah menular & sulit diobati, sehingga satu demi satu orang-orang meninggal

Tulah 7 : Hujan es bercampur api

Saat meletus, Gunung Santorini menyemburkan sejumlah besar gas sulfur & debu vulkanis dalam jumlah amat besar ke udara. Material-material dari gunung berapi itu kemudian ikut mempengaruhi iklim setempat, sehingga menimbulkan fenomena cuaca aneh seperti hujan es (hail). Proses pembentukan hujan es sendiri tidak berbeda dengan hujan atau salju. Bedanya, hujan es terbentuk karena adanya tekanan udara yg sangat kuat sehingga titik-titik air itu tertahan di udara & membentuk bongkahan es yg akhirnya jatuh ke bumi. Pada tulah Mesir, kemungkinan tekanan udara itu berasal dari tekanan uap gunung berapi. Lebih lanjut, gesekan debu-debu vulkanis di udara juga menyebabkan munculnya kilatan listrik di udara seperi petir sehingga langit terlihat “berapi”

Tulah 8 : Wabah belalang

Munculnya hujan es akan menghancurkan sejumlah besar tanaman, termasuk tanaman pertanian. Akibatnya, serangga-serangga pengembara yg memakan tanaman seperti belalang akan terkonsentrasi dalam jumlah amat besar & memakan tanaman di ladang-ladang yg masih tersisa, termasuk yg berdekatan dengan wilayah pemukiman. Penjelasan lain, kematian massal kodok pada tulah kedua menyebabkan populasi belalang melonjak drastis

Tulah 9: Gelap Gulita

Penjelasan paling mungkin pada fenomena ini adalah abu & asap dari gunung berapi terlepas dalam jumlah amat besar di udara sehingga menutupi matahari. Fenomena serupa juga terjadi pada letusan Krakatau & Tambora. Usai meletus, debu dari Krakatau terbawa angin & menutupi sejumlah besar daerah di khatulistiwa. Sementara letusan Tambora, Sumbawa, pada tahun 1816 menyebabkan tahun itu dikenal sebagai “Tahun Tanpa Musim Panas” (Year Without a Summer). Penjelasan lain, wabah belalang yg amat besar menyebabkan matahari menjadi tertutup. Para ahli juga berpikir pada saat bersamaan terjadi gerhana atau badai pasir raksasa sehingga wilayah tersebut menjadi gelap

Tulah 10: Kematian Anak Sulung Semua Keluarga Mesir

Tulah ini merupakan tulah yg masih membingungkan para ahli. Jika muncul kematian massal, kenapa yg meninggal hanyalah anak sulung, bukan semua orang & yg meninggal hanyalah orang Mesir, tidak termasuk orang Israel yg saat itu masih berada di wilayah Mesir? Ada beberapa penjelasan yg coba dikemukakan para ahli :

Ketika muncul wabah & kegelapan, makanan yg tersisa saat itu ikut tercemar. Orang-orang pun mengungsi & ketika mereka kembali, mereka hanya memakan makanan yg tersisa. Karena anak sulung mendapat prioritas pertama untuk makan, mereka pun menjadi sakit & meninggal lebih dahulu
Ketika terjadi letusan gunung, asapnya pun mencapai pemukiman Mesir. Dan jika memperkirakan kultur orang Mesir, mereka yg sulung tidur di lantai/tempat rendah, sementara anggota keluarga lain tidur di tempat yg lebih tinggi, sehingga mereka yg sulung terinfeksi terlebih dahulu oleh debu-debu vulkanis. Gas beracun seperti belerang sendiri massa jenisnya lebih rendah dari udara sehingga gas itu hanya menjalar di lantai
Orang-orang Israel sendiri sudah diberitahu oleh Nabi Musa bahwa usai tulah ini, mereka akan diusir oleh bangsa Mesir. Maka, mereka bersiap-siap & menandai pintu rumah mereka dengan darah domba. Mereka juga hanya diperbolehkan makan roti tanpa ragi yg dibuat sendiri. Karena mereka sudah bersiaga & memakan makanan yg bahannya tersedia sejak sebelum wabah inilah, mereka tidak ikut meninggal


Sumber :
http://ms.wikipedia.org
https://friendofgodministry.wordpress.com

No comments:

Post a Comment