Monday, July 26, 2021

4 Teori Aneh Stephen Hawking

4 Teori Aneh Stephen Hawking yang Terbukti Benar, dan yang Masih Tanda Tanya 

Di tahun-tahun terakhir hidupnya, Hawking membuat serangkaian ramalan suram tentang masa depan umat manusia. 

Stephen Hawking merupakan salah satu fisikawan teoritis paling ternama sepanjang sejarah. Dia terkenal karena penampilannya yang popular dan perjuangannya melawan penyakit Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS). 

Tapi, pengaruhnya yang sebenarnya berasal dari karirnya yang cemerlang selama lima dekade di bidang sains. Dimulai dengan tesis doktoralnya pada tahun 1966, karya terobosannya berlanjut tanpa henti hingga makalah terakhirnya pada tahun 2018, diselesaikan hanya beberapa hari sebelum kematiannya pada usia 76 tahun.   

Teorinya sering kali tampak aneh pada saat dia merumuskannya. Namun perlahan-lahan diterima secara ilmiah, dengan bukti pendukung baru yang muncul kemudian. 

Dari pandangannya yang menakjubkan tentang lubang hitam hingga penjelasannya tentang awal mula alam semesta yang sederhana, berikut adalah beberapa teorinya yang terbukti benar dan beberapa yang masih belum terjawab, melansir Live Science, Selasa (27/7/2021).   


1. Teori Big Bang diterima secara universal 

Hawking memulai awal yang baik dengan tesis doktoralnya, tentang dua teori kosmologi yang bersaing: Big Bang dan Steady State. Kedua teori ini menerima bahwa alam semesta mengembang, tetapi yang pertama mengembang dari keadaan ultra-compact atau super-padat pada waktu yang terbatas di masa lalu, sedangkan yang kedua mengasumsikan alam semesta telah mengembang selamanya, dengan materi baru yang terus-menerus diciptakan untuk mempertahankan kepadatan yang konstan. 

Dalam tesisnya, Hawking menunjukkan bahwa teori Steady State secara matematis bertentangan dengan diri sendiri. Sebaliknya, dia berpendapat bahwa alam semesta dimulai sebagai titik yang sangat kecil dan padat yang disebut singularitas. Saat ini, deskripsi Hawking hampir diterima secara universal di kalangan ilmuwan.   


2. Lubang hitam itu nyata 

Nama Hawking dikaitkan dengan lubang hitam, yang terbentuk ketika sebuah bintang mengalami keruntuhan total di bawah gravitasinya sendiri. Hal ini muncul dari teori relativitas umum Einstein, yang diperdebatkan selama beberapa dekade ketika Hawking mengalihkan perhatiannya pada awal 1970-an.   

Dengan jenius, dia menggabungkan persamaan Einstein dengan persamaan mekanika kuantum, mengubah apa yang sebelumnya menjadi abstraksi teoritis menjadi sesuatu yang tampaknya benar-benar ada di alam semesta. Bukti itu ternyata benar ketika pada tahun 2019, Event Horizon Telescope memperoleh gambar langsung dari lubang hitam supermasif yang bersembunyi di pusat galaksi raksasa Messier 87.   


3. Radiasi Hawking 

Lubang hitam disebut memiliki gravitasi begitu kuat sehingga foton, atau partikel cahaya, seharusnya tidak bisa lepas darinya. Namun dalam karya awalnya tentang masalah ini, Hawking berpendapat bahwa ada kebenaran lain daripada hal tersebut.   

Dengan menerapkan teori kuantum, khususnya, gagasan bahwa pasangan "foton virtual" dapat secara spontan dibuat dari ketiadaan, dia menyadari bahwa beberapa foton ini akan tampak terpancar dari lubang hitam. Sekarang teori ini disebut sebagai radiasi Hawking, dan baru-baru ini dikonfirmasi dalam percobaan laboratorium di Institut Teknologi Technion-Israel, Israel. 

Di tempat lubang hitam, para peneliti menggunakan analog akustik, sebuah "lubang hitam sonik" dimana gelombang suara terjebak dan tidak dapat melarikan diri. Mereka mendeteksi radiasi Hawking yang setara persis dengan prediksi fisikawan.   


4. Teorema luas lubang hitam 

Penemuan gelombang gravitasi baru-baru ini yang dipancarkan oleh penggabungan pasangan lubang hitam menunjukkan bahwa Hawking benar lagi. Hawking mengatakan sifat sistem yang diamati konsisten dengan prediksi tentang lubang hitam pada tahun 1970, luas lubang hitam terakhir lebih besar daripada jumlah luas lubang hitam awal." 

Pengamatan yang lebih baru telah memberikan konfirmasi lebih lanjut tentang "teorema luas" Hawking.   


Di luar teorinya yang terbukti kebenerannya, itu, tetapi masih ada beberapa teorinya yang juga belum terbukti seperti berikut ini :  


1. Paradoks informasi 

Sifat dasar material yang membuat lubang hitam tampak hilang selamanya. Pendapat Hawking sendiri tentang misteri itu, bahwa itu tidak benar-benar hilang namun disimpan dalam awan partikel nol-energi yang mengelilingi lubang hitam, yang ia juluki "rambut lembut." Tapi teorema lubang hitam berbulu Hawking hanyalah salah satu dari beberapa hipotesis yang telah dikemukakan, dan sampai saat ini tidak ada yang tahu jawaban yang sebenarnya.   


2. Lubang hitam purba 

Lubang hitam tercipta dari keruntuhan gravitasi materi yang sudah ada sebelumnya seperti bintang. Tetapi mungkin juga beberapa diciptakan secara spontan di alam semesta yang sangat awal, setelah Big Bang.   

Hawking adalah orang pertama yang mengeksplorasi teori di balik lubang hitam primordial tersebut secara mendalam. Ternyata mereka bisa memiliki massa apa pun, dari yang sangat ringan hingga yang sangat berat meskipun yang sangat kecil akan "menguap" menjadi tidak ada karena radiasi Hawking. 

Satu kemungkinan menarik yang dipertimbangkan oleh Hawking adalah bahwa lubang hitam purba mungkin merupakan materi gelap misterius yang diyakini para astronom menembus alam semesta. Namun, seperti yang dilaporkan LiveScience sebelumnya, bukti pengamatan saat ini menunjukkan bahwa ini tidak mungkin.   


3. Multiverse 

Salah satu topik yang Hawking utak-atik menjelang akhir hidupnya adalah teori multiverse, yakni gagasan bahwa alam semesta kita, dengan permulaannya di Big Bang, hanyalah salah satu dari jumlah tak terbatas gelembung alam semesta yang hidup berdampingan.   Dalam makalah terakhirnya pada tahun 2018, Hawking berusaha, untuk "mencoba menjinakkan multiverse." 

Dia mengusulkan kerangka matematis baru yang, meskipun tidak menghilangkan multisemesta sama sekali, menjadikannya terbatas. Tetapi seperti halnya spekulasi tentang alam semesta paralel, kita tidak tahu apakah idenya benar. Dan tampaknya tidak mungkin para ilmuwan dapat menguji idenya dalam waktu dekat.   


4.  Dugaan perlindungan kronologi 

Teori persamaan relativitas umum Einstein termasuk "kurva mirip waktu tertutup", yang secara efektif memungkinkan Anda melakukan perjalanan kembali ke masa lalu Anda sendiri. Hawking merasa merasa perjalanan mundur dalam waktu menimbulkan paradoks logis yang seharusnya tidak mungkin terjadi.   Hingga saat ini kita belum mengetahui apakah perjalanan waktu itu sebenarnya bisa terjadi atau tidak.   


5.  Ramalan kiamat 

Di tahun-tahun terakhir hidupnya, Hawking membuat serangkaian ramalan tentang masa depan umat manusia.   Ini mengacu dari saran bahwa Higgs boson yang sulit dipahami,  yang menyebutkan memicu gelembung vakum yang akan melahap alam semesta hingga invasi alien dan pengambilalihan kecerdasan buatan (AI).


Sumber :

https://teknologi.bisnis.com/read/20210727/84/1422267/4-teori-aneh-stephen-hawking-yang-terbukti-benar-dan-yang-masih-tanda-tanya?utm_source=dlvr.it&utm_medium=twitter.

Thursday, July 22, 2021

Kasus Covid-19 Pertama : Desember di Prancis?

Pasien virus corona pertama di Prancis: Kasus Covid-19 pertama terjadi pada Desember, saat perhatian dipusatkan di Wuhan

6 Mei 2020


Seorang dokter mengatakan virus corona di Prancis satu bulan lebih awal dari yang diperkirakan pada bulan Januari.

Seorang pasien yang dirawat di sebuah rumah sakit dekat Paris pada tanggal 27 Desember karena diduga pneumonia, ternyata terkena virus corona, menurut dokter yang merawat.

Ini berarti virus corona kemungkinan ada di Eropa hampir sebulan lebih awal dari perkiraan sebelumnya.

Dr Yves Cohen mengatakan tes yang diambil saat itu dan baru-baru ini dites kembali. Hasilnya positif Covid-19.

Pasien yang telah sembuh tersebut mengatakan dirinya tidak menyadari di mana dia terkena virus itu karena tidak melakukan perjalanan ke luar negeri.

Mengetahui kasus pertama adalah kunci dalam memahami penyebaran virus.

Organisasi Kesehaan Dunia (WHO) menyatakan kemungkinan akan semakin banyak kasus-kasus yang kemudian diketahui terjadi sebelumnya.

Juru bicara WHO, Christian Lindmeier mendorong berbagai negara untuk memeriksa catatan kasus sejenis agar mendapatkan gambaran yang lebih jelas terkait wabah ini.

Kementerian kesehatan Perancis mengatakan kepada BBC bahwa pemerintah mendapatkan konfirmasi kasus itu dan akan mempertimbangkan untuk melakukan penyelidikan lanjutan jika memang diperlukan.

Perancis bukanlah satu-satunya negara yang menemukan tes yang dilakukan dan kemudian menunjukkan kasus Covid-19 telah terjadi sebelumnya.

Dua minggu lalu, otopsi di California mengungkapkan kematian terkait corona di Amerika Serikat terjadi satu bulan lebih awal dari pada perkiraan sebelumnya.


Tertular dari istri yang bekerja di bandara

Dr Cohen, ketua unit gawat darurat di rumah sakit Avicenne dan Jean-Verdier di dekat Paris mengatakan pasien kasus pertama yang dimaksud adalah pria berumur 43 tahun dari Bobigny, timur laut Paris.

Dia mengatakan kepada BBC bahwa pasien tersebut terinfeksi sekitar tanggal 14 -22 Desember, karena gejala virus corona baru muncul lima sampai 14 hari kemudian.

Amirouche Hammar masuk rumah sakit pada tanggal 27 Desember karena mengalami batuk kering, demam dan sulit bernafas – gejala yang kemudian diketahui sebagai indikasi utama virus corona.

Ini berarti empat hari sebelum kantor WHO China mengumumkan kasus pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya diketahui terjadi di kota Wuhan, China.

Hammar mengatakan kepada media Perancis, BFMTV bahwa dirinya tidak pernah meninggalkan Perancis sebelum sakit.

Dr Cohen mengatakan dua dari anak pasiennya juga sakit, sementara istrinya tidak memperlihatkan gejala apapun.

Tetapi Dr Cohen menekankan istri pasien bekerja di toko serba ada di dekat bandara Charles de Gaulle dan kemungkinan dia kontak dengan orang-orang yang baru kembali dari China.

Istri pasien itu mengatakan “seringkali pelanggan datang langsung dari bandara, masih membawa koper mereka”.

“Kami berpikir kemungkinan dia seseorang yang tidak menunjukkan gejala,” kata Dr Cohen.


Perhatian ke Wuhan, penyebaran penyakit tidak terawasi di Eropa - Analisa wartawan kesehatan BBC Michelle Roberts

Apakah virus corona memang sudah ada di Eropa sejak akhir tahun 2019, beberapa minggu sebelum diketahui secara resmi dan dinyatakan sebagai ancaman disana?

Ini adalah pemikiran yang muncul setelah dokter Perancis merawat pasien di Paris dengan seluruh gejala corona beberapa waktu sebelum Natal.

Apakah ini mengubah pengetahuan kita? Memang terdapat kemungkinan hasil tes sebuah kesalahan, sehingga tidak mengubah apapun.

Tetapi jika benar, ini berarti penyebaran penyakit tidak terawasi di Eropa sementara seluruh perhatian dipusatkan ke Wuhan China.

Tentu saja laboratorium di Eropa yang memiliki sampel dari pasien dengan gejala serupa sekitar periode itu berkeinginan untuk melakukan tes virus corona untuk lebih meneliti apa yang dapat dipelajari lebih lanjut terkait penyakit baru ini. mengungkapkan penyakit baru ini.


Transmisi di Eropa

Sampai sekarang yang kita anggap sebagai tiga kasus pertama Perancis terkonfirmasi pada tanggal 24 Januari.

Dua orang dari mereka pernah mengunjungi Wuhan – tempat wabah pertama kali diketahui muncul – orang ketiga adalah anggota keluarga mereka.

Tes positif Hammar mengisyaratkan virus sudah ada di Perancis jauh sebelumnya.

Transmisi pertama dari manusia ke manusia di dalam Eropa sampai sekarang diketahui terjadi antara seorang pria Jerman yang terinfeksi rekannya warga China yang mengunjungi Jerman dari tanggal 19 – 22 Januari.

Rowland Kao, profesor epidemiologi hewan dan ilmu data di University of Edinburgh, mengatakan jika terkonfirmasi, maka kasus Hammar menggarisbawahi kecepatan infeksi dari tempat yang seperti jauh, ke tempat lain dunia.

"Ini berarti waktu bagi kita untuk melakukan pengkajian dan pengambilan keputusan menjadi sangat pendek,” kata Prof. Kao.


Bagaimana kasus baru diketahui?

Dr Cohen mengatakan kepada BBC bahwa dirinya berpikir untuk memeriksa semua pasien di UGD yang diduga terkena pneumonia antara tanggal 2 Desember sampai 16 Januari.

Dia menemukan 14 pasien dengan hasil tes negatif radang paru-paru. Dia mencairkan sampel beku dan mengetes untuk mengetahui apakah terdapat Covid-19.

Dia mengatakan dari 14 sampel, satu buah positif Covid-19. Tes kedua pada sampel yang sama juga memberikan hasil positif. Dia menambahkan pemindaian dada pasien juga sejalan dengan gejala Covid-19.

Laporan lengkapnya akan dikeluarkan minggu ini dan akan diterbitkan International Journal of Antimicrobial Agents, kata Dr Cohen.


Sumber :

https://www.bbc.com/indonesia/dunia-52550097

Kasus Covid-19 Pertama : November di Wuhan?

Pasien Pertama Covid-19 Ditemukan, Bantu Lacak Sumber Virus Corona 

Peneliti terus berusaha untuk mengungkap bagaimana dan dari mana virus SARS-CoV-2, yang sekarang menjadi pandemi global ini, menjangkiti manusia. Salah satu yang dilakukan adalah dengan melacak pasien pertama virus SARS-CoV-2. 

Sebelumnya ilmuwan mencurigai kalau virus tersebut berasal dari kelelawar yang melompat ke hewan lain, selanjutnya menularkan ke manusia. Namun kini virus corona telah menyebar di antara orang-orang tanpa perantara hewan. 

Itu mengapa jika peneliti dapat melacak kasus paling awal, mereka mungkin dapat mengidentifikasi hewan inang tempat virus bersembunyi. 

Selain itu, peneliti juga butuh memahami bagaimana penyakit ini menyebar dan menentukan kasus yang tak terdokumentasi berkontribusi terhadap penularannya akan sangat meningkatkan pemahaman tentan ancaman virus ini. 

Dan kini berdasarkan data yang diperoleh South Morning China Post, kasus pertama pertama virus corona berhasil terlacak. Seorang individu berusia 55 tahun yang berasal dari provinsi Hubei, China disebut menjadi orang pertama yang terjangkit Covid-19. 

Kasus tersebut menurut data tercatat pada 17 November 2019, atau sebulan lebih awal dari catatan dokter di Wuhan. 

Setelah terjadi kasus 17 November 2019, sekitar satu hingga lima kasus baru dilaporkan setiap hari. Pada 15 Desember, total infeksi mencapai 27. Kasus harian tampaknya telah meningkat setelah itu, dengan jumlah kasus mencapai 60 pada 20 Desember 2019. 

Dokter di China baru menyadari jika mereka sedang menghadapi penyakit baru akhir Desember 2019. Pada 27 Desember 2019, Zhang Jixian, seorang dokter dari RS Pengobatan Terpadu China dan Barat China Provinsi Hubei memberi tahu otoritas kesehatan bahwa penyakit disebabkan oleh virus corona baru. 

Saat itu, lebih dari 180 orang telah terinfeksi. Meski pasien kasus 17 November 2019 ini telah terindentifikasi, masih ada keraguan benarkan individu tersebut benar menjadi orang pertama yang terjangkit. Masih ada kemungkinan kasus yang lebih awal lagi untuk ditemukan. 

Sementara itu para ahli di seluruh dunia tak berhenti untuk terus mempelajari virus SARS-CoV-2, menguji vaksin, serta memberikan perawatan supaya pandemi global ini segera berlalu.


Sumber:

https://www.kompas.com/sains/read/2020/03/18/140300223/pasien-pertama-covid-19-ditemukan-bantu-lacak-sumber-virus-corona.

Kasus Covid-19 Pertama : Oktober di Eropa?

Bukan di China, COVID-19 Kemungkinan Lebih Dulu Muncul di Eropa


Jum'at, 23 Juli 2021 - 05:13 WIB


Sebuah studi terbaru ungkap kemungkinan COVID-19 lebih dulu muncul di Eropa dari pada di China. 

Sebuah hasil studi terbaru yang dilakukan oleh para ilmuwan Italia menunjukkan bahwa COVID-19 mungkin lebih dulu muncul di Eropa dari pada di China . Menurut hasil studi tersebut, virus Corona baru telah muncul di Italia pada awal Oktober 2019, dua bulan sebelum Beijing memberi tahu dunia tentang kasus pneumonia yang disebabkan oleh virus yang tidak diketahui.

Para peneliti menguji ulang sampel darah individu untuk kanker paru-paru sebelum pandemi. Tiga sampel ditemukan mengandung antibodi terkait virus Corona, IgM, yang menunjukkan bahwa seseorang baru saja terinfeksi.

"Hasil pengujian ulang ini menunjukkan bahwa apa yang kami laporkan sebelumnya pada pasien tanpa gejala adalah sinyal yang masuk akal dari sirkulasi awal virus di Italia," terang Giovanni Apolone, salah satu peneliti, kepada Financial Times yang dinukil

Namun, hasilnya tidak memberikan bukti konklusif tentang infeksi SARS-CoV-2. Menurut penelitian, tidak ada sampel yang mengandung kadar yang cukup dari masing-masing dari tiga jenis antibodi yang dianggap sebagai bukti infeksi oleh Universitas Erasmus di Belanda, fasilitas yang berafiliasi dengan WHO.

Salah satu ilmuwan yang terlibat dalam penelitian, Gabriella Sozzi, mengatakan hal ini mungkin terjadi karena pada awal pandemi virus kurang agresif dan menular.

Studi ini tidak menjawab pertanyaan tentang asal usul virus Corona baru, tetapi temuannya kemungkinan akan memulai perdebatan tentang masalah ini. Kasus COVID-19 pertama yang diketahui dilaporkan di kota Wuhan di China pada Desember 2019, dengan Eropa melaporkan kasus pertamanya pada Januari 2020. Namun, penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa penyakit menular itu bisa muncul di benua itu pada awal November 2019.

Perkembangan terbaru ini terjadi ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan pemerintahan Joe Biden secara terpisah melakukan penyelidikan tentang asal-usul penyakit menular, yang menurut Universitas John Hopkins telah menewaskan 4,1 juta orang di seluruh dunia.


Sumber :

https://international.sindonews.com/read/490218/41/bukan-di-china-covid-19-kemungkinan-lebih-dulu-muncul-di-eropa-1626988069

Kasus Covid-19 Pertama : September di Italia?

Virus corona bukan lahir di Wuhan, kasus Covid-19 ditemukan di Italia lebih dahulu

Rabu, 18 November 2020 | 12:15 WIB 


Wuhan, China selama ini dikenal sebagai tempat pertama kali lahirnya virus corona. Namun penelitian menyebut menyebut virus corona diduga sudah muncul di Italia sejak September 2019.

Penelitian virus corona itu memunculkan lagi pertanyaan mengenai asal usul virus corona yang benar, maupun berapa lama pandemi ini akan berlangsung. Studi itu dihelat oleh para ilmuwan di Institut Kanker Milan dan Universitas Siena, di mana hasilnya dipublikasikan di Tumori Journal.

Penelitian virus corona itu berbasis pada analisis sampel darah dari 959 orang, diambil saat pemindaian kanker paru-paru antara September 2019 sampai Maret 2020. Dari 959 sampel, 11 persen di antaranya, atau 111 orang, ternyata mempunyai antibodi yang spesifik terhadap virus bernama resmi SARS-Cov-2 itu.

Mereka yang punya antibodi itu termasuk orang tak bergejala dan tidak menunjukkan gejala yang umum terjadi pada pasien Covid-19. Sekitar 23 sampel positif itu setelah ditelusuri ditemukan pada September 2019, di mana diduga virus itu sudah berdiam di Italia enam bulan sebelum kasus pertama terkonfirmasi.

Studi virus corona itu tak pelak kembali menjadi sorotan. Sebab, selama ini ilmuwan yakin virus corona dimulai dari kota China bernama Wuhan pada Desemner 2019. Dilansir Russian Today Minggu (15/11/2020), temuan yang didapatkan oleh peneliti "Negeri Pizza" sangat berharga karena didasarkan pada sampel darah.

Temuan ini dilaporkan lebih bisa diandalkan dibandingkan penelitian sebelumnya yang bisa saja tidak akurat dalam membaca garis waktu pandemi. Penemuan ini konsisten dengan laporan adanya kesusahan bernapas dan " flu atipikal" yang melanda Italia pada akhir tahun lalu.

Studi lain yang dirilis pada Juni lalu mengungkapkan adanya jejak virus corona di sistem pembuangan air di Italia pada akhir Desember 2019. Penelitian lain juga terjadi di negara lain, seperti di Spanyol di mana ilmuwan mengeklaim menemukan jejak Covid-19 pada Maret 2019.

Analisis dalam data rumah sakit di Amerika Serikat (AS) menemukan adanya pasien dengan "flu aneh", di mana mereka menderita "batuk berat" dan sesak napas. Berdasarkan data yang diambil oleh Universitas Johns Hopkins, secara global kasus virus corona sudah mencapai 54 juta orang. Sebanyak 1,3 juta di antaranya meninggal dunia, dengan AS menjadi negara yang paling terdampak dari kasus infeksi hingga kematian.


Sumber :

https://kesehatan.kontan.co.id/news/virus-corona-bukan-lahir-di-wuhan-kasus-covid-19-ditemukan-di-italia-lebih-dahulu

Kasus Covid-19 Pertama : Agustus di Wuhan?

Covid-19: Kajian kasus di Wuhan muncul sejak akhir Agustus, China sebut hasil itu 'sebagai hal yang konyol'

9 Juni 2020


Muncul polemik setelah satu tim pakar di AS mengatakan virus corona 'mungkin ada di Wuhan sejak akhir Agustus'.

Pemerintah China menggambarkan laporan oleh tim Universitas Harvard, Amerika Serikat, bahwa virus corona mungkin muncul di Wuhan sejak Agustus sebagai "hal yang sungguh konyol".

China melaporkan secara resmi adanya virus corona kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 31 Desember 2019.

Namun tim dari Universitas Harvard, dengan menganalisis foto-foto satelit lalu lintas di sekitar sejumlah rumah sakit di Wuhan, mengatakan warga di sana mungkin telah mulai terinfeksi sejak akhir Agustus 2019.

Menanggapi temuan pakar di Amerika tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, mengatakan, "Saya rasa ini konyol, sungguh konyol mengambil keputusan berdasarkan observasi artifisal seperti volume trafik."

Hua Chunying mengatakan dirinya "terkejut ketika pertama kali mendengar kajian tersebut".

"Insting saya mengatakan, bagaimana mereka mengasumsikan munculnya virus corona dengan menganalisis jumlah kendaraan di area parkir rumah sakit? Ini kan konyol," kata Hua Chunying dalam keterangan pers di Beijing.

Yang ia tahu, pakar di Komisi Kesehatan Nasional dan di WHO "meragukan kajian tim Harvard".

Laporan Harvard tidak dievaluasi atau diulas oleh sesama saintis dan beberapa pakar mengatakan "sulit mengambil kesimpulan dari data semacam itu".

Seorang pakar di lembaga Scrippt Research Translational Institute mengatakan metode kajian tim dari Harvard "sangat tidak lansung dan tidak tepat".

Apa yang diketahui dari penelitian tim Harvard?

Sebagian warga Wuhan diperkirakan meninggalkan kota tersebut tanpa menyadari mereka terinfeksi virus corona.

Peningkatan lalu lintas yang tampak di sekitar sejumlah rumah sakit di Wuhan, Provinsi Hubei, China, mulai Agustus 2019 mungkin mengindikasikan bahwa virus corona muncul di kota itu lebih awal dari kerangka waktu yang dilaporkan.

Menurut para peneliti Universitas Harvard, foto-foto satelit tersebut menggambarkan adanya kesibukan lalu lintas di luar lima rumah sakit di Wuhan mulai akhir Agustus hingga Desember 2019.

Peningkatan lalu lintas itu bertepatan dengan kenaikan pencarian daring di Wuhan untuk informasi berkaitan dengan gejala-gejala seperti "batuk" dan "diare".

Sejauh ini virus corona diyakini pertama kali muncul di China pada bulan November 2019.

Pihak berwenang melaporkan klaster kasus-kasus pneumonia, yang penyebabnya tidak diketahui, ke WHO pada tanggal 31 Desember 2019.

"Jelas terjadi pergerakan sosial pada tingkat tertentu jauh sebelum kerangka waktu yang sebelumnya diketahui sebagai permulaan pandemi virus corona baru," kata Dr John Brownstein, ketua tim peneliti, kepada saluran televisi di AS, ABC News.

Tim peneliti mengkaji data satelit komersial yang diambil dari luar lima rumah sakit Wuhan, membandingkan data mulai dari sekitar akhir Agustus hingga Oktober tahun 2018 dengan data pada periode yang sama tahun 2019.

Dalam satu kasus, mereka menghitung adanya 171 mobil yang diparkir di salah satu rumah sakit terbesar di Wuhan, Rumah Sakit Tianyou pada Oktober 2018.

Roda perekonomian di Wuhan kembali berputar setelah sempat berhenti total selama karantina wilayah yang ketat.

Data satelit selama periode yang sama tahun 2019 menunjukkan 285 kendaraan di parkir di tempat yang sama, meningkat 67%.

Pada saat yang sama terjadi peningkatan pencarian di internet untuk kata-kata yang berhubungan dengan gejala-gejala virus corona di mesin pencari daring China, Baidu.

"Ini adalah peningkatan pencarian informasi yang menunjukkan bahwa di Wuhan sedang terjadi sesuatu," jelas Dr Brownstein.

"Masih diperlukan banyak penelitian untuk mengungkap sepenuhnya apa yang terjadi ketika itu dan untuk mempelajari tentang bagaimana wabah penyakit itu berkembang dan muncul di masyarakat. Jadi ini hanyalah poin lain dari bukti yang ada."

Apa saja dampak dari penelitian ini?

Wartawan BBC di Beijing, John Sudworth, melaporkan rangkaian data yang digunakan tim peneliti terbatas.

Misalnya, mereka tidak selalu bisa membandingkan citra satelit yang diambil pada hari yang sama pada tahun-tahun yang berturut-turut karena tutupan awan di sebagian foto.

Namun jika memang sudah terjadi infeksi - mungkin tanpa terdeteksi - sebagian orang sudah meninggalkan Wuhan dan bepergian ke luar negeri dan teori itu sesuai dengan beberapa bukti yang ditemukan di sejumlah negara bahwa kasus-kasus Covid-19 muncul lebih awal, jelas Sudworth.

Kendati demikian, mungkin tidak adil untuk menggunakan hasil penelitian ini sebagai bukti adanya upaya menutup-nutupi atau respons lambat yang dilakukan oleh China, lapor John Sudworth.

Alasannya, karena tidak ada informasi sebelumnya tentang penyakit yang mewabah di tengah masyarakat maka mungkin saja terjadi penularan tak terdeteksi sebelum diketahui secara resmi.

Penggunaan masker telah menjadi kebiasaan di China menyusul pandemi Covid-19 yang pertama kali diketahui di Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei.

China melaporkan kasus-kasus pneumonia yang penyebabnya tidak diketahui ke WHO pada tanggal 31 Desember 2019.

Sembilan hari kemudian, pihak berwenang China mengungkapkan mereka menemukan virus corona baru (yang kemudian dinamakan Sars-CoV-2, virus yang menyebabkan penyakit Covid-19) pada sejumlah kasus pneumonia itu.

Wuhan dan kota-kota lain di China menjalani karantina wilayah pada tanggal 23 Januari 2020.

WHO menyatakan Covid-19 sebagai Darurat Kesehatan Global pada tanggal 30 Januari 2020 - menyusul temuan 82 kasus terkonfirmasi di luar wilayah China.


Sumber :

https://www.bbc.com/indonesia/dunia-52977852