Thursday, July 16, 2020

Perubahan Medan Magnet Bumi Makin Cepat

Ahli Sebut Perubahan Medan Magnet Bumi Makin Cepat

CNN Indonesia | Senin, 13/07/2020 15:38 WIB

Medan magnet di Bumi dilaporkan berubah arah 10 kali lebih cepat dari yang diperkirakan. Perubahan medan magnet disebut akan membuat medan magnet terbalik dari Kutub Utara ke Selatan begitu juga sebaliknya.

Studi palaeomagnetik masa lalu telah menunjukkan bahwa medan magnet dapat mengubah arah hingga 1 derajat per tahun, tetapi studi terbaru menunjukkan bahwa pergerakan mencapai 10 derajat per tahun.

Studi ini didasarkan pada simulasi komputer terinci dari inti luar Bumi yang terbuat dari nikel dan besi sekitar 2.800 kilometer (1.740 mil) di bawah permukaan Bumi. Inti luar tersebut mengendalikan medan magnet di Bumi.

"Kami memiliki pengetahuan yang sangat tidak lengkap tentang medan magnet sebelum 400 tahun yang lalu. Karena perubahan cepat ini mewakili beberapa perilaku yang lebih ekstrim dari inti cair, mereka dapat memberikan informasi penting tentang perilaku interior bumi yang dalam," kata penulis studi dan ahli geofisika Chris Davies dari University of Leeds di Inggris.

Studi ini bahkan menunjukkan perubahan ini 100 kali cepat dibandingkan perubahan medan magnet yang baru-baru ini diamati oleh peneliti.

Medan magnet sendiri berfungsi untuk menahan atmosfer di tempat dan melindungi manusia dari radiasi kosmik berbahaya dan angin matahari. Akan tetapi secara berkala dalam periode jutaan tahun, medan magnet terbalik sehingga Kutub Utara dan Kutub Selatan bertukar tempat.

Terakhir kali perubahan medan magnet ini terjadi sekitar 780 ribu tahun yang lalu, dan proses sebelumnya diperkirakan memakan waktu ribuan tahun. Diperkirakan perubahan medan magnet ini akan berlangsung ribuan tahun.

Davies dan koleganya Catherine Constable dari University of California San Diego menggabungkan pemodelan komputer mereka dengan garis waktu dari medan magnet Bumi selama 100 ribu tahun terakhir, Mereka menemukan kecocokan yang erat antara studi lain dan prediksi mereka sendiri.

Perubahan medan magnet planet Bumi meninggalkan jejak dalam sedimen, aliran lava, dan bahkan benda-benda buatan manusia.

Dilansir dari Science Alert, penelitian menunjukkan perubahan yang lebih cepat  bertepatan dengan melemahnya medan magnet lokal.

Salah satu pergeseran medan magnet yang disorot adalah gerakan 2,5 derajat per tahun 39 ribu tahun yang lalu, tepat ketika medan magnet Bumi melemah di sekitar pantai barat Amerika Tengah.

"Memahami apakah simulasi komputer dari medan magnet secara akurat mencerminkan perilaku fisik medan geomagnetik yang disimpulkan dari catatan geologis bisa sangat menantang," kata Constable.

Dilansir dari Live Science,  tumpukan besi cair di inti luar planet yang berputar lebih dari 1.700 mil (2.800 kilometer) di bawah permukaan, memberi kekuatan pada medan magnet Bumi.

Magma konduktif yang bergolak menciptakan muatan listrik yang menentukan posisi kutub magnet dan membentuk garis medan magnet tak kasat mata dan menghubungkan kutub.

Interaksi antara inti Bumi dan medan magnet sangat kompleks.  Intensitas magnet dapat bervariasi dari waktu ke waktu dan di lokasi yang berbeda di inti dan di permukaan Bumi.

Sebelumnya,  Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan pelemahan medan magnet Bumi terkait dengan fenomena Grand Solar Minimum (GSM) atau Matahari Lockdown.

Kepala Sub Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Siswanto mengatakan GSM mempengaruhi polaritas magnet matahari terhadap bumi.

Siswanto menuturkan jumlah bintik matahari (sunspot) maksimum dan minimum bervariasi dalam siklus ke siklus, seperti halnya siklus 11 tahunan ini. Dia menjelaskan sunspot adalah daerah dengan medan magnet photospheric yang kuat yang memiliki dua polaritas, yakni utara dan selatan.

Adapun hitungannya, lanjut Siswanto bervariasi dengan perkiraan periode 11 tahun. Bahkan, dia berkata siklus medan magnetik matahari justru dua kali lebih lama periodenya, yakni siklus 22 tahunan.


Sumber :
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200710160511-199-523341/ahli-sebut-perubahan-medan-magnet-bumi-makin-cepat?

Tuesday, June 23, 2020

Misteri Planet Kesembilan


Misteri Planet Kesembilan yang Bikin Ilmuwan Kebingungan

Planet Kesembilan, Planet 9, Planet Nine, maupun Planet X adalah sebutan bagi planet yang konon berada jauh di luar Pluto atau bisa dibilang di ujung Tata Surya. Sampai saat ini, ilmuwan masih belum dapat memastikan apakah planet ini benar-benar eksis.

Ia diduga mempengaruhi berbagai obyek di sekitar Sabuk Kuiper, wilayah di Tata Surya berisi benda-benda angkasa purbakala. Lokasinya terbentang luas dari orbit Neptunus sampai ke titik yang jauhnya bisa mencapai 50 AU (astronomical units), atau 50 kali jarak Bumi-Matahari.

Diperkirakan, ia memiliki 10 kali massa Bumi, serta lokasinya 20 kali lebih jauh dibanding jarak antara Matahari dengan Neptunus, yang notabene merupakan planet terluar dalam sistem Tata Surya. Kemungkinan, suhu di planet tersebut sangat dingin.

Terdapat belasan objek batuan bernama Kuiper Belt Objects (KBO) di Kuiper Belt. Nah sebagian orbitnya tidak wajar sehingga ada teori bahwa obyek tersebut dipengaruhi oleh sebuah planet yang dijuluki Planet 9 tersebut.

Intinya, tanda mengenai kemunculan Planet Nine melibatkan objek dari Sabuk Kuiper yang memiliki arah orbit berkebalikan dengan seluruh benda antariksa yang ada di dalam tata surya. Pengaruh orbital dari Planet Nine dapat menjelaskan mengapa objek tersebut dapat bertindak aneh di Sabuk Kuiper.

Namun bertahun-tahun sudah berlalu dan astronom belum mendapatkan satupun bukti gambar planet kesembilan tersebut. Memang diperkirakan seandainya pun planet ini ada, ukurannya kecil dan sangat jauh sehingga sukar terdeteksi.

Penelitian terbaru dari periset di University of Pennsylvania menyebutkan Planet Nine kemungkinan tidak eksis. Survei seksama mereka memanfaatkan ovservatorium di Chile sama sekali tidak menemukan buktinya.

Penelitian lain menyebut memang ada ratusan planet minor di sekitar Neptunus, tapi terlalu kecil untuk disebut planet. Namun demikian, bukan berarti planet Nine benar-benar cuma hipotesis sampai terbukti sebaliknya.

"Satu-satunya cara untuk membuktikan kalau planet itu tidak ada adalah mencari setiap sudut di langit dan tidak bisa menemukannya," kata ilmuwan dari University of Regina, Samantha Lawler.

Teori lain pernah menyebut bahwa planet kesembilan itu tidak eksis melainkan sebenarnya lubang hitam kuno. Lubang hitam kuno adalah lubang hitam kecil yang menurut teori ilmuwan terbentuk dalam masa Big Bang atau awal alam semesta.


Sumber :
https://inet.detik.com/science/d-5062575/misteri-planet-kesembilan-yang-bikin-ilmuwan-kebingungan?single=1

Tuesday, May 26, 2020

Lempeng di Bawah Samudera Hindia Disebut Terpecah, Ini Kata BMKG

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa semua lempeng tektonik terus bergerak, tetapi berjalan dalam tempo yang sangat lambat.

"Jadi pergerakannya itu sangat kecil dan lambat sekali. Tetapi (lempeng tektonik) itu terus bergerak," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa, 26 Mei 2020.

Ia menyampaikan hal itu untuk menanggapi perkiraan ilmuwan, seperti dikutip dari Live Science, bahwa lempeng tektonik di Samudera Hindia akan terpecah menjadi dua.

Sebelumnya, pekan lalu Live Science melaporkan bahwa lempeng tektonik raksasa di bawah Samudra Hindia sedang mengalami perpecahan. Dalam waktu singkat (secara geologis) lempeng ini akan terbelah dua, menurut sebuah studi yang dipublikasikan secara online pada 11 Maret di jurnal Geophysical Research Letters.

Bagi manusia, perpecahan itu akan selamanya. Lempeng itu, yang dikenal sebagai lempeng tektonik India-Australia-Capricorn, terbelah dengan kecepatan siput - sekitar 0,06 inci (1,7 milimeter) setahun. Dengan kata lain, dalam 1 juta tahun, dua keping lempeng akan berjarak sekitar 1 mil (1,7 kilometer) dari yang sekarang.

"Ini bukan struktur yang bergerak cepat, tetapi masih signifikan dibandingkan dengan batas-batas planet lain," kata rekan peneliti studi Aurélie Coudurier-Curveur, seorang peneliti senior geosains laut di Institut Fisika Bumi Paris.

Pelat itu terbelah sangat lambat dan begitu jauh di bawah air, hingga para peneliti hampir melewatkan apa yang mereka sebut "batas lempeng yang baru lahir." Tetapi dua petunjuk besar, yaitu dua gempa kuat yang berasal dari tempat yang aneh di Samudera Hindia menunjukkan bahwa kekuatan yang mengubah Bumi sedang terjadi.

Pada 11 April 2012, gempa berkekuatan 8,6 dan 8,2 melanda di bawah Samudera Hindia, dekat Indonesia. Gempa bumi itu tidak terjadi di sepanjang zona subduksi, di mana satu lempeng tektonik meluncur di bawah yang lain. Sebaliknya, gempa-gempa ini berasal dari tempat yang aneh untuk terjadinya gempa bumi, yaitu di tengah lempeng.

Rahmat mengatakan bahwa semua lempeng tektonik pada dasarnya terus mengalami pergerakan. Namun, pergerakan itu terjadi dalam waktu yang sangat lambat dan sangat kecil berdasarkan ukuran.

Pergerakan itu terjadi karena lempeng tektonik tersebut, katanya, berdiri di atas sebuah cairan magma yang menyebabkannya terus bergerak. "Semua lempeng tektonik itu berdiri di atas sebuah cairan likuid. Kemudian bergerak, tapi bergeraknya itu sangat pelan," katanya.

Hamparan benua yang terbentuk saat ini, kata dia, merupakan hasil dari pergerakan yang terjadi sejak jutaan tahun yang lalu.

Pergerakan itu sering kali menyebabkan gempa bumi sehingga beberapa lempeng saling bergerak dan saling bertemu. Namun, ia mengatakan pergerakan tiap-tiap lempeng tersebut berbeda-beda. "Kalau di selatan Indonesia, Hindia-Australia itu sekitar 7-10 sentimeter per tahun. Ada yang bilang sekitar 6 sentimeter. Tetapi itu relatif," katanya.

Jika yang dimaksud perpecahan dalam prediksi para ilmuwan itu berada di batas pertemuan lempeng besar yang terakumulasi dalam waktu puluhan tahun sehingga melepaskan energi dan menyebabkan gempa besar, menurutnya, hal itu bisa saja terjadi.

Namun, tambahnya, jika perpecahan itu terjadi secara tiba-tiba dan dalam jarak yang cukup besar, hal tersebut tidak mungkin terjadi. "Kalau tiba-tiba pecah dengan jarak yang besar, enggak mungkin. Bisa kiamat nanti negeri ini. Tidak hanya negeri ini, tetapi juga bumi ini," demikian Rahmat Triyono.


Sumber :
https://tekno.tempo.co/read/1346500/lempeng-di-bawah-samudera-hindia-disebut-terpecah-ini-kata-bmkg/full&view=ok

Misteri Medan Magnet Bumi Melemah, Kutub Utara-Selatan Berbalik?

Para ilmuwan di European Space Agency (ESA) mengamati medan magnet bumi secara bertahap melemah antara Afrika dan Amerika Selatan, yang menyebabkan gangguan teknis pada beberapa satelit yang mengorbit planet ini. Namun, mereka menambahkan bahwa intensitas penurunan saat ini berada dalam tingkat fluktuasi normal.

Kutub Magnetik Utara Bumi juga telah bergeser dalam beberapa tahun terakhir dari Kanada menuju Siberia di Rusia. Kutub akan terus bergerak menuju Rusia tetapi pada waktunya akan mulai melambat, kata para ilmuwan. Dengan kecepatan tertinggi, pergeseran ini telah menghasilkan sejauh 50-60 km setahun.

Sementara dalam 200 tahun terakhir medan elektromagnetik di sekitar Bumi telah kehilangan sekitar sembilan persen kekuatannya. Antara 1970 dan 2020, medan magnet Bumi telah sangat melemah di wilayah yang membentang dari Afrika ke Amerika Selatan, yang dikenal sebagai 'Anomali Atlantik Selatan'. Daerah ini telah tumbuh dan bergerak ke arah barat dengan kecepatan sekitar 20 km per tahun.

"Anomali Atlantik Selatan telah muncul selama dekade terakhir dan dalam beberapa tahun terakhir berkembang dengan penuh semangat," ujar Jürgen Matzka, dari Pusat Penelitian Jerman untuk Geosains, dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dikutip Times Now News, 25 Mei 2020

Medan magnet bumi, atau medan geomagnetik, adalah medan magnet yang memanjang dari bagian dalam Bumi ke luar angkasa yang memberikan gaya pada partikel bermuatan yang berasal dari Matahari. Ia terbentang berbentuk seperti komet dengan ekor magnet yang membentang jutaan mil di belakang Bumi, berlawanan dengan Matahari.

Medan magnet Bumi terkait dengan inti luar logam dan cair dari planet ini, sekitar 3.000 km di bawah kaki kita. Ini menciptakan arus listrik yang menghasilkan dan mengubah medan elektromagnetik kita. Inti luar planet ini seperti dinamo raksasa. Rotasi Bumi menciptakan gerakan di dalam inti luar cair yang memunculkan medan geomagnetik.

Kompas berfungsi karena medan magnet Bumi. Cahaya Utara di Daerah Kutub juga disebabkan oleh medan magnet Bumi - partikel energi yang dipancarkan oleh Matahari disalurkan oleh medan magnet Bumi ke arah kutub, tempat mereka berinteraksi dengan atmosfer untuk menciptakan aurora borealis.

Medan magnet Bumi melindungi kehidupan Bumi dari radiasi kosmik berbahaya dan partikel bermuatan yang dipancarkan dari Matahari. Burung, kura-kura, dan makhluk lain juga menggunakan medan magnet Bumi untuk bernavigasi. Akibatnya, sistem navigasi dan fungsi pemetaan di telepon pintar dapat terpengaruh.

Antara Afrika dan Amerika Selatan, melemahnya medan magnet Bumi menyebabkan masalah bagi satelit dan pesawat ruang angkasa.

Sistem telekomunikasi dan satelit juga bergantung pada bidang geomagnetik. Karena itu, komputer, ponsel, dan perangkat lain juga dapat menghadapi kesulitan. Selatan di kompas dapat mengarah ke Kanada dan Utara ke Antartika.

Misi Konstelasi Swarm Badan Antariksa Eropa, yang mengidentifikasi dan mengukur sinyal magnetik berbeda yang membentuk medan magnet Bumi, sedang mempelajari perkembangan Anomali Atlantik Selatan. Tantangan yang ada di depan adalah mempelajari alasan di balik perubahan itu.

Sebuah tim dari Universitas Leeds mengatakan bahwa penyimpangan Kutub Utara dijelaskan oleh persaingan dua "gumpalan" magnetik di tepi inti luar Bumi. Perubahan aliran bahan cair di interior bumi telah mengubah kekuatan fluks magnet negatif.

"Perubahan dalam pola aliran ini telah melemahkan tambalan di bawah Kanada dan sedikit saja meningkatkan kekuatan tambalan di bawah Siberia ... Inilah sebabnya mengapa Kutub Utara meninggalkan posisi bersejarahnya di atas Kutub Utara Kanada dan melintasi Garis Tanggal Internasional. Rusia Utara memenangkan 'tarik ulur perang'," kata Dr Phil Livermore kepada BBC News.

Alasan lain yang mungkin, sesuai dengan ESA, bisa jadi karena medan magnet Bumi membalik, yaitu Kutub Utara dan Selatan mungkin berubah. Pembalikan geomagnetik semacam itu terjadi kira-kira setiap 250.000 tahun dan mengingat yang terakhir terjadi 780.000 tahun yang lalu, itu sudah lama ditunggu.

Namun, sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Proceeding of National Academy of Sciences pada 2018 menemukan bahwa meskipun medan melemah, "medan magnet bumi mungkin tidak terbalik".

Mengingat bahwa pembalikan medan magnet membutuhkan waktu puluhan ribu tahun, penyebab pasti untuk melemahnya medan geomagnetik untuk saat ini adalah  misteri Bumi yang belum dipastikan.


Sumber :
https://tekno.tempo.co/read/1346318/misteri-medan-magnet-bumi-melemah-kutub-utara-selatan-berbalik/full&view=ok

Sunday, May 24, 2020

Medan Magnet Bumi Melemah Misterius

Minggu, 24 Mei 2020 05:40 WIB


Medan magnet di Bumi melemah secara misterius, tepatnya di area yang terbentang antara Amerika Selatan dan Afrika. Ilmuwan menjulukinya sebagai South Atlantic Anomaly.

Fenomena ini menimbulkan masalah, misalnya gangguan pada satelit serta pesawat antariksa. Ilmuwan ESA (European Space Agency) masih menyelidiki misteri itu sekaligus mengingatkan vitalnya medan magnet.

"Medan magnet adalah kekuatan dinamis dan kompleks yang melindungi kita dari radiasi dan partikel-partikel dari Matahari," sebut ESA yang dikutip detikINET dari 7 News.

Dalam dua abad ke belakang, medan magnet Bumi telah kehilangan 9% dari kekuatannya. Untuk lebih memahami kejadian ini, ilmuwan ESA memanfaatkan bantuan pengamatan dengan satelit.

"South Atlantic Anomaly telah muncul selama lebih dari satu dekade dan pada tahun-tahun belakangan berkembang dengan cepat," ujar Jurgeb Matzka, ilmuwan di German Research Centre for Geosciences.

"Kita sangat beruntung punya satelit untuk menginvestigasi perkembangan South Atlantic Anomaly. Tantangannya sekarang adalah untuk memahami proses di inti Bumi yang memicu perubahan itu," imbuhnya.

Menurut ESA, salah satu teori yang mungkin menjelaskan fenomena tersebut adalah medan magnet Bumi akan terbalik di mana Kutub Utara dan Kutub Selatannya bertukar tempat.

Kejadian semacam itu muncul terakhir kali pada 780 ribu tahun silam. Biasanya, peristiwa tersebut berlangsung setiap 250 ribu tahun sekali. Meski demikian, teori itu tidak sepenuhnya diterima para ilmuwan.

Pastinya, melemahnya medan magnet Buni dapat mengganggu sistem satelit dan telekomunikasi. ESA menyatakan South Atlantic Anomaly sudah menimbulkan gangguan di satelit yang mengorbit di Bumi.

Lembaga antariksa itu juga memperingatkan bahwa pesawat antariksa yang terbang di sekitar wilayah bersangkutan punya potensi kena masalah teknis.

Saat ini, ESA terus mengamati anomali tersebut. "Misteri asal muasal South Atlantic Anomaly belum terpecahkan," sebut ESA.

"Tapi satu hal yang pasti, observasi medan magnet memberikan pandangan baru yang menarik untuk memahami proses yang terjadi di interior Bumi," pungkas mereka.


Sumber:
https://inet.detik.com/science/d-5026667/medan-magnet-bumi-melemah-misterius?single=1

Monday, May 18, 2020

Matahari Juga Ikut Lockdown, Bisa Berbahaya Bagi Bumi

Senin, 18 Mei 2020 11:11 WIB


Tidak hanya Bumi, Matahari juga ikut memasuki periode lockdown. Tapi yang terjadi di sana tidak ada hubungannya dengan pandemi virus Corona.

Dikutip detikINET dari New York Post, Senin (18/5/2020) Matahari saat ini sedang berada di periode 'solar minimum' yang berarti aktivitas di permukaannya menurun secara signifikan.

Ilmuwan mengatakan kita akan memasuki periode 'resesi' sinar Matahari paling panjang yang pernah ada karena sunspot atau titik hitam di matahari telah menghilang dari pandangan.

"Solar Minimum sedang terjadi dan ini yang paling dalam," kata astronom Tony Phillips.

"Jumlah titik matahari mengindikasikan ini peristiwa paling dalam sejak satu abad terakhir. Medan magnet Matahari telah melemah, memungkinkan pancaran kosmik ekstra masuk ke tata surya," sambungnya.

Phillips menambahkan bertambahnya pancaran kosmik di tata surya bisa membahayakan astronot dan kehidupan di Bumi. Misalnya dengan mempengaruhi hubungan kimia-elektro di atmosfer atas Bumi dan memicu petir.

Ilmuwan NASA mengkhawatirkan peristiwa ini bisa menjadi pengulangan dari Dalton Minimum, yang terjadi antara 1790 dan 1830. Peristiwa tersebut berujung pada musim dingin yang brutal, gagal panen, kelaparan dan erupsi gunung berapi yang sangat kuat.

Temperatur bahkan menurun hingga 2 derajat Celsius selama 20 tahun, mengakibatkan gangguan pada produksi pangan dunia. Erupsi Gunung Tambora di Indonesia juga terjadi pada 10 April 1815, yang menewaskan 71 ribu orang.

Peristiwa tersebut juga berujung pada 'Tahun Tanpa Musim Panas' pada 1816, di mana bulan Juli yang harusnya mengalami musim panas justru turun salju.

Sejauh ini di tahun 2020, Matahari telah 'kosong' tanpa titik matahari 76% di waktu tersebut. Angka ini sedikit menurun dibanding tahun lalu, di mana kekosongannya sebesar 77%.


Sumber :
https://inet.detik.com/science/d-5019024/matahari-juga-ikut-lockdown-bisa-berbahaya-bagi-bumi?tag_from=news_beritaTerkait