Monday, July 21, 2014

Misteri Letusan Kelud, Lahirkan Pemimpin Besar

Gunung Kelud, barangkali tidak seterkenal Gunung Merapi di Jawa Tengah, bahkan mungkin sebagian orang baru mengenal Kelud setelah gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Blitar dan Kediri itu meletus dahsyat pada bulan Februari 2014 lalu.

Namun, bagi sebagian orang yang mengenal gunung yang 'hanya' setinggi 1.776 meter dari bawah permukaan laut (Mdpl), tentu tidak akan heran gunung itu membuat heboh Indonesia, karena sempat 'melumpuhkan' aktivitas kehidupan hampir seluruh Pulau Jawa.

Kelud yang dalam bahasa Belandanya disebut Klut, Cloot, Kloet atau Kloete ini, telah melakukan geliatnya sejak abad ke-15. Kelud tidak kalah serita mistiknya dengan Gunung Merapi di Jawa Tengah.

Kemistikan Kelud

Jika letusan Gunung Merapi sering dikaitkan dengan bakal adanya pergantian kekuasaan di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Salah satu yang diyakini adalah ketika naiknya Panembahan Senopati sebagai penguasa Mataram Islam. Di salah satu bagian buku Babad Tanah Jawa disebutkan Panembahan Senopati berhasil mengalahkan Raja Pajang Sultan Hadiwijaya, yang notabene adalah ayah angkatnya dibarengi dengan letusan Gunung Merapi.

Lalu, apa cerita di balik letusan Gunung Kelud yang berada di tiga kabupaten Jawa Timur itu, Blitar, Kediri dan Malang, yang termasuk gunung teraktif di tanah air bersama Gunung Merapi, Jawa Tengah?

Gunung tersebut bertipe stratovulkan dengan karakteristik letusan eksplosif hingga dampak letusan pada Kamis malam mencapai ratusan kilometer.

Wikipedia menyebutkan korban dari gunung tersebut mencapai 15.000 jiwa, yang dimulai sejak 1586 dengan jumlah 10.000 jiwa termasuk pada 1919.

Kelahiran Tokoh Besar

Pada abad ke-20, terjadi beberapa kali erupsi sejak 1901, 1919, 1951, 1966, dan 1990, kemudian abad ke-21, terjadi pada 2007, 2010 dan 2014.

Setidaknya bersamaan dari letusan Gunung Kelud tersebut, lahir dua tokoh yang menjadi cikal bakal pemimpin besar di nusantara ini, yakni, Hayam Wuruk, Raja ke-4 Majapahit dan Ir Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia.

Hayam Wuruk

Buku "Sejarah Raja-Raja Jawa dari Mataram Kuno hingga Mataram Islam" karya Krisna Bayu Adji dan Sri Wintala Achmad, menyebutkan Hayam Wuruk lahir dari pasangan Tribhuwana Wijaya Tunggadewi dan Kertawardhana Bhre Tumapel (Cakradara) pada 1334.


Kelahiran Hayam Wuruk yang bermakna "ayam terpelajar" itu, versi Pararaton atau Wu-lao-po-wi (versi kronik Jawa) merupakan cucu dari Dyah Wijaya dan Gayatri dari pihak ibu, atau cucu dari Kebo Anabrang dari pihak ayah.

Dalam buku itu juga menyebutkan kelahiran Hayam Wuruk tersebut bersamaan dengan meletusnya Gunung Kelud dan gempa bumi di Panbanyu, serta ditandai dengan pengikraran "Sumpah Palapa" dari Patih Amangkubhumi Gajah Mada.

Hingga saat dirinya berusia 17 tahun, dinobatkan menjadi Raja Mahapahit ke-4 menggantikan Tribhuwana Wijaya Tunggadewi.

Semasa pemerintahannya itu, Majapahit berhasil mengembangkan wilayah kekuasannya sampai ke seluruh nusantara.

Dari Wikipedia menyebutkan Kitab Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII dan XIV, berikut adalah daerah-daerah yang diakui sebagai taklukan atau bawahan Majapahit (disebut sebagai mancanagara). Negara-negara taklukan di Jawa tidak disebut karena masih dianggap sebagai bagian dari "mandala" kerajaan.


Putra Sang Fajar

Putra Sang Fajar Demikian pula, Presiden RI Pertama Soekarno yang dilahirkan dua pekan setelah Gunung Kelud meletus pada 22-23 Mei 1901 pukul 06.00 WIB dari pasangan suami istri, Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai pada 6 Juni 1901.


Sebelumnya Soekarno bernama Koesno Soesrodihardjo, tetapi karena sering sakit-sakitan hingga namanya diganti menjadi Soekarno.

Ibundanya berkata, "Kelak engkau akan menjadi orang yang mulia, engkau akan menjadi pemimpin dari rakyat kita, karena ibu melahirkanmu jam setengah enam pagi di saat fajar menyingsing." "Kita orang Jawa mempunyai kepercayaan, bahwa orang yang dilahirkan di saat matahari terbit, nasibnya telah ditakdirkan terlebih dahulu. Jangan lupakan itu! Jangan sekali-kali kau lupakan Nak, bahwa engkau ini putra sang fajar".

Perkataan itu terbukti Presiden Soekarno yang dikenal dengan Bung Karno itu menjadi Presiden RI pertama, dan namanya harum di seluruh dunia dengan nasionalismenya yang tinggi hingga dapat mempersatukan seluruh wilayah di nusantara, dan dia pun sangat anti kolonialisme dan imperialisme.



Jokowi

Terakhir apakah Pilpres 2014 akan melahirkan tokoh besar sebagai Presiden Indonesia yang dapat meraih keemasan? Semoga..


Sumber : http://forum.viva.co.id

Friday, July 11, 2014

Laporan Palsu CIA Tentang Senjata Pemusnah Massal Irak


Tahun 2003 menjadi tahun paling kelam bagi rakyat Irak karena harus berkali-kali mengalami perang berkepanjangan. Rakyat harus merasakan kerasnya dentuman bom yang dijatuhkan tentara Amerika Serikat (AS) ke rumah-rumah mereka. Merelakan anak-anak dan bayi mereka meregang nyawa oleh peluru dan pecahan granat. Bahkan sampai kini, rakyat Irak masih harus tertatih memungut serpihan-serpihan harapan yang terserak di kota-kota mati.

A. Fakta yang disembunyikan CIA

Amerika butuh alasan kuat untuk menyerbu. Seperti biasa, tangan Amerika yang bertugas melakukan propaganda di negara lain adalah CIA (agen militer rahasia). Isunya, ada senjata pemusnah massal di Irak (nuklir). Secara rahasia, gerakan pun dimulai. Uniknya, menjelang serbuan Amerika pada 2003, mereka hanya memiliki satu orang mata-mata yang menyamar sebagai diplomat di sebuah kedutaan besar lain. Hanya satu sumber informasi yang diandalkan sebagai pendukung adalah hubungan mereka dengan Irak National Accord (INA), kelompok oposisi Saddam Hussein yang justru sedang berada di pengasingan.

Alhasil, bocoran informasi yang mereka berikan telah kadaluwarsa selama 4 tahun. Belum lagi sikap pimpinan INA yang memang ‘mencari muka’ kepada AS agar dapat berkuasa di Irak dengan cara menjatuhkan Saddam (terbukti ia menjadi Perdana Menteri Irak pada masa transisi pasca kejatuhan Saddam Hussein).

CIA mulai kehabisan cara untuk mengumpulkan informasi yang bisa menguatkan dugaan bahwa Saddam sedang merancang program senjata pemusnah massal. Pengakuan ini perlu bagi AS untuk lebih meyakinkan sekutunya. Cara lain pun ditempuh, yakni CIA memanfaatkan para keluarga ilmuwan Irak untuk mengorek informasi dari ilmuwan-ilmuwan genius Irak yang diduga terlibat dalam proyek berbahaya Saddam. Hal ini dilakukan karena para ilmuwan Irak yang pernah diwawancarai secara ketat oleh komisi pengawas persenjataan dari PBB mengatakan bahwa kecurigaan AS tak berdasar. Sebab, Irak telah lama menghentikan program nuklir (sejak gencatan senjata dengan Iran). Hal ini pun diakui pula oleh tiga puluh orang keluarga ilmuwan Irak yang menjadi mata-mata. Mereka melaporkan kepada CIA bahwa program pengembangan senjata biologi, kimia, dan nuklir Irak telah lama dihentikan. Gilanya, dengan alasan yang tidak jelas, CIA memilih tidak meneruskan laporan dari mata-mata itu ke Presiden. Akibatnya, Presiden Bush dan jajarannya di Gedung Putih tidak mendapatkan laporan akurat tentang kondisi sebenarnya.

B. Pengakuan yang terlambat

David Kay, Kepala CIA yang bertugas memburu senjata pemusnah massal Irak menyatakan keluar dari CIA pada 2004. Secara terbuka ia mengakui bahwa sama sekali tidak ada senjata pemusnah massal di Irak. Kemudian, pada 2005, bos besar CIA pun mengakui bahwa mereka telah membuat kesalahan yang menjadi ‘pukulan telak’ bagi AS. Tapi, apa daya? Ratusan nyawa telah menguap bersama asap mesiu dan mesin-mesin perang. Ratusan perempuan telah menjadi janda karena para lelaki mereka telah direnggut paksa dari rumah mereka yang bersahaja. Ribuan anak telah menjadi yatim piatu. Tidak hanya rakyat Irak, tapi ribuan pasukan AS dan sekutu mati bertempur untuk alasan yang salah.


Sumber :
http://forum.viva.co.id

Usman-Harun


Seperti diberitakan belakangan ini, Singapura tengah melayangkan protes atas penamaan Usman Harun untuk kapal perang anyar Indonesia. Nama itu berasal dari gabungan Sersan Usman Mohamed Ali dan Kopral Harun Said, dua anggota satuan elite Korps Komando Operasi (KKO), yang menjadi cikal bakal Marinir.

Kilas balik, periode 1960an, pemerintahan Soekarno memang gerah dengan pembentukan Negara Malaysia. Singapura yang anggota persemakmuran Inggris ini juga dianggap pangkalan Blok Barat yang dapat mengancam Republik Indonesia.

Sejak saat itu, Soekarno gencar mengirim orang-orang untuk menyabotase keadaan di Singapura dan Malaysia. Ledakan dahsyat itu menghancurkan gedung tersebut dan gedung-gedung sekitarnya. Tiga orang tewas, sedangkan 33 orang terluka parah. Beberapa mobil di Jalan Orchard hancur berantakan. Setelah menyelesaikan misi, Usman dan Harun berusaha keluar Singapura. Mereka berusaha menumpang kapal-kapal dagang yang hendak meninggalkan Singapura, namun tidak berhasil.

Mereka tidak bisa lari dan ditangkap oleh petugas patroli Singapura. Keduanya dijebloskan ke penjara. Hakim mengganjar mereka dengan hukuman gantung atas kasus pembunuhan, penggunaan bahan peledak, dan melakukan tindakan terorisme. Pemerintah Indonesia mencoba banding dan mengupayakan semua bantuan hukum dan diplomasi. Semua upaya itu buntu karena ditolak Singapura.

Suatu pagi, selepas subuh, 17 Oktober 1968, keduanya dikeluarkan dari sel mereka. Dengan tangan terborgol, dua prajurit itu dibawa ke tiang gantungan. Tepat pukul 06.00 waktu setempat, keduanya tewas di tiang gantungan. Presiden Soeharto langsung memberikan gelar pahlawan nasional bagi keduanya. Mereka juga mendapat bintang sakti, penghargaan paling tinggi di republik ini.

Kini, hampir 46 tahun berlalu, sebagian besar rakyat Indonesia sudah mengubur kemarahannya atas Singapura. Namun, rupanya hal yang sama tidak terjadi di Singapura. Negara yang disebut Presiden Habibie dengan nama The Little Dot Red itu menilai, penggunaan nama Usman Harus untuk kapal perang RI (KRI) itu justru melukai perasaan rakyat Singapura, terutama keluarga korban peristiwa pengeboman tersebut. Untuk menunjukkan keseriusannya, pemerintah Singapura melayangkan surat protes resmi.

Pemerintah Indonesia khususnya TNI menegaskan pihaknya tak akan mengubah penamaan kapal perang KRI Usman-Harun meski diprotes pihak Singapura. Tradisi baik yang dikembangkan TNI dalam memilih nama sebuah KRI menggunakan pendekatan sejarah. Titik beratnya tentu pada warga negara yang memiliki jasa dan dedikasi tinggi pada negara.

Satu hal, yang kita tidak bisa menerima kalau Usman-Harun dinyatakan sebagai teroris, dia adalah aktor negara, bukan aktor non state, mereka seorang Marinir yang membela negara dan mempertaruhkan nyawanya demi bangsa dan negara Indonesia. Jasa-jasa besar kedua pahlawan ini merupakan sikap nasionalisme yang wajib kita tiru sebagai generasi muda Indonesia. Kita juga tidak perlu takut terhadap Singapura dan tidak boleh dikendalikan oleh negara yang penduduknya tidak sebesar penduduk Jakarta itu. Indonesia adalah negara besar dan jangan biarkan Indonesia di intervensi oleh negara lain.

Sumber :
http://forum.viva.co.id

Bung Karno dan Politik Minyak Indonesia


Quote:
"Jangan Dengarkan Asing..!!"

Itulah yang diucapkan Bung Karno di tahun 1957 saat ia mulai melakukan aksi atas politik kedaulatan modal. Aksi kedaulatan modal adalah sebuah bentuk politik baru yang ditawarkan Sukarno sebagai alternatif ekonomi dunia yang saling menghormati, sebuah dunia yang saling menyadari keberadaan masing-masing, sebuah dunia co-operasi, "Elu ada, gue ada" kata Bung Karno saat berpidato dengan dialek betawi di depan para mahasiswa sepulangnya dari Amerika Serikat.

Pada tahun 1957, perlombaan pengaruh kekuasaan meningkat antara Sovjet Uni dan Amerika Serikat, Sovjet Uni sudah berani masuk ke Asia pasca meninggalnya Stalin, sementara Mao sudah ambil ancang-ancang untuk menguasai seluruh wilayah perbatasan Sovjet Uni dengan RRC di utara Peking.

Bung Karno sudah menebak Amerika Serikat dan Sovjet Uni pasti akan rebutan Asia Tenggara. "Dulu Jepang ngebom Pearl Harbour itu tujuannya untuk menguasai Tarakan, untuk menguasai sumber-sumber minyak, jadi sejak lama Indonesia akan jadi pertaruhan untuk penguasaan di wilayah Asia Pasifik, kemerdekaan Indonesia bukan saja soal kemerdekaan politiek, tapi soal bagaimana menjadiken manusia yang didalamnya hidup terhormat dan terjamin kesejahteraannya" kata Bung Karno saat menerima beberapa pembantunya sesaat setelah pengunduran Hatta menjadi Wakil Presiden RI tahun 1956.

Saat itu Indonesia merobek-robek perjanjian KMB didorong oleh kelompok Murba, Bung Karno berani menuntut pada dunia Internasional untuk mendesak Belanda menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia "Kalau Belanda mau perang, kita jawab dengan perang" teriak Bung Karno saat memerintahkan Subandrio untuk melobi beberapa negara barat seperti Inggris dan Amerika Serikat.

"Gerak adalah sumber kehidupan, dan gerak yang dibutuhkan di dunia ini bergantung pada energi, siapa yang menguasai energi dialah pemenang"

Ambisi terbesar Sukarno adalah menjadikan energi sebagai puncak kedaulatan bangsa Indonesia, pada peresmian pembelian kapal tanker oleh Ibnu Sutowo sekitar tahun 1960, Bung Karno berkata "Dunia akan bertekuk lutut kepada siapa yang punya minyak, heee....joullie (kalian =bahasa belanda) tau siapa yang punya minyak paling banyak, siapa yang punya penduduk paling banyak...inilah bangsa Indonesia, Indonesia punya minyak, punya pasar. Jadi minyak itu dikuasai penuh oleh orang Indonesia untuk orang Indonesia, lalu dari minyak kita ciptaken pasar-pasar dimana orang Indonesia menciptaken kemakmurannya sendiri".

Jelas langkah Sukarno tak disukai Amerika Serikat, tapi Moskow cenderung setuju pada Sukarno, ketimbang harus perang di Asia Tenggara dengan Amerika Serikat, Moskow memutuskan bersekutu dengan Sukarno, tapi perpecahan Moskow dengan Peking bikin bingung Sukarno. Akhirnya Sukarno memutuskan maju terus tampa Moskow, tampa Peking untuk berhadapan dengan kolonialis barat.

Di tahun 1960, Sukarno bikin gempar perusahaan minyak asing, dia panggil Djuanda, dan suruh bikin susunan soal konsesi minyak "Kamu tau, sejak 1932 aku berpidato di depan Landraad soal modal asing ini? soal bagaimana perkebunan-perkebunan itu dikuasai mereka, jadi Indonesia ini tidak hanya berhadapan dengan kolonialisme tapi berhadapan dengan modal asing yang memperbudak bangsa Indonesia, saya ingin modal asing ini dihentiken, dihancurleburken dengan kekuatan rakyat, kekuatan bangsa sendiri, bangsaku harus bisa maju, harus berdaulat di segala bidang, apalagi minyak kita punya, coba kau susun sebuah regulasi agar bangsa ini merdeka dalam pengelolaan minyak" urai Sukarno di depan Djuanda.

Lalu tak lama kemudian Djuanda menyusun surat yang kemudian ditandangani Sukarno. Surat itu kemudian dikenal UU No. 44/tahun 1960. isi dari UU itu amat luar biasa dan memukul MNC (Multi National Corporation). "Seluruh Minyak dan Gas Alam dilakukan negara atau perusahaan negara". Inilah yang kemudian menjadi titik pangkal kebencian kaum pemodal asing pada Sukarno, Sukarno jadi sasaran pembunuhan dan orang yang paling diincar bunuh nomor satu di Asia.

Tapi Sukarno tak gentar, di sebuah pertemuan para Jenderal-Jenderalnya Sukarno berkata "Buat apa memerdekakan bangsaku, bila bangsaku hanya tetap jadi budak bagi asing, jangan dengarken asing, jangan mau dicekoki Keynes, Indonesia untuk bangsa Indonesia". Ketika laporan intelijen melapori bahwa Sukarno tidak disukai atas UU No. 44 tahun 1960 itu Sukarno malah memerintahkan ajudannya untuk membawa paksa seluruh direktur perusahaan asing ke Istana. Mereka takut pada ancaman Sukarno. Dan diam ketakutan.

Pada hari Senin, 14 Januari 1963 pemimpin tiga perusahaan besar datang lagi ke Istana, mereka dari perusahaan Stanvac, Caltex dan Shell. Mereka meminta Sukarno membatalkan UU No.40 tahun 1960. UU lama sebelum tahun 1960 disebut sebagai "Let Alone Agreement" yang memustahilkan Indonesia menasionalisasi perusahaan asing, ditangan Sukarno perjanjian itu diubah agar ada celah bila asing macam-macam dan tidak memberiken kemakmuran pada bangsa Indonesia atas investasinya di Indonesia maka perusahaannya dinasionalisasikan.

Para boss perusahaan minyak itu meminta Sukarno untuk mengubah keputusannya, tapi inilah jawaban Sukarno "Undang-Undang itu aku buat untuk membekukan UU lama dimana UU lama merupaken sebuah fait accomply atas keputusan energi yang tidak bisa menasionalisasikan perusahaan asing. UU 1960 itu kubuat agar mereka tau, bahwa mereka bekerja di negeri ini harus membagi hasil yang adil kepada bangsaku, bangsa Indonesia" mereka masih ngeyel juga, tapi bukan Bung Karno namanya ketika didesak bule dia malah meradang, sambil memukul meja dan mengetuk-ngetukkan tongkat komando-nya lalu mengarahkan telunjuk kepada bule-bule itu Sukarno berkata dengan suara keras :"Aku kasih waktu pada kalian beberapa hari untuk berpikir, kalau tidak mau aku berikan konsesi ini pada pihak lain negara..!" waktu itu ambisi terbesar Sukarno adalah menjadikan Permina (sekarang Pertamina) menjadi perusahaan terbesar minyak di dunia, Sukarno butuh investasi yang besar untuk mengembangkan Permina.

Caltex disuruh menyerahkan 53% hasil minyaknya ke Permina untuk disuling, Caltex diperintahkan memberikan fasilitas pemasaran dan distribusi kepada pemerintah, dan menyerahkan modal dalam bentuk dollar untuk menyuplai kebutuhan investasi jangka panjang pada Permina.

Bung Karno tidak berhenti begitu saja, ia juga menggempur Belanda di Irian Barat dan mempermainkan Amerika Serikat, Sukarno tau apabila Irian Barat lepas maka Biak akan dijadikan pangkalan militer terbesar di Asia Pasifik, dan ini mengancam kedaulatan bangsa Indonesia yang baru tumbuh. Kemenangan atas Irian Barat merupakan kemenangan atas kedaulatan modal terbesar Indonesia, di barat Indonesia punya lumbung minyak yang berada di Sumatera, Jawa dan Kalimantan sementara di Irian Barat ada gas dan emas. Indonesia bersiap menjadi negara paling kuat di Asia.

Hitung-hitungan Sukarno di tahun 1975 akan terjadi booming minyak dunia, di tahun itulah Indonesia akan menjadi negara yang paling maju di Asia , maka obesesi terbesar Sukarno adalah membangun Permina sebagai perusahaan konglomerasi yang mengatalisator perusahaan-perusahaan negara lainnya di dalam struktur modal nasional. Modal Nasional inilah yang kemudian bisa dijadikan alat untuk mengakuisisi ekonomi dunia, di kalangan penggede saat itu struktur modal itu diberi kode namanya sebagai 'Dana Revolusi Sukarno".

Kelak empat puluh tahun kemudian banyak negara-negara kaya seperti Dubai, Arab Saudi, Cina dan Singapura menggunakan struktur modal nasional dan membentuk apa yang dinamakan Sovereign Wealth Fund (SWF) sebuah struktur modal nasional yang digunakan untuk mengakuisisi banyak perusahaan di negara asing, salah satunya apa yang dilakukan Temasek dengan menguasai saham Indosat.

Sukarno sangat perhatian dengan seluruh tambang minyak di Indonesia, di satu sudut Istana samping perpustakaannya ia memiliki maket khusus yang menggambarkan posisi perusahaan minyak Indonesia, suatu hari saat Bung Karno kedatangan Brigjen Sumitro, yang disuruh Letjen Yani untuk menggantikan Brigjen Hario Ketjik menjadi Panglima Kalimantan Timur, Sukarno sedang berada di ruang khusus itu, lalu ia keluar menemui Sumitro yang diantar Yani untuk sarapan dengan Bung Karno, saat sarapan dengan roti cane dengan madu dan beberapa obat untuk penyakit ginjal dan diabetesnya, Sukarno berkata singkat pada Sumitro : "Generaal Sumitro saya titip rafinerij (rafineij = tambang dalam bahasa Belanda) di Kalimantan, kamu jaga baik-baik" begitu perhatiannya Sukarno pada politik minyak.

Kelabakan dengan keberhasilan Sukarno menguasai Irian Barat, Inggris memprovokasi Sukarno untuk main di Asia Tenggara dan memancing Sukarno agar ia dituduh sebagai negara agresor dengan mengakuisisi Kalimantan. Mainan lama ini kemudian juga dilakukan dengan memancing Saddam Hussein untuk mengakuisisi Kuwait sehingga melegitimasi penyerbuan pasukan Internasional ke Baghdad. Sukarno panas dengan tingkah laku Malaysia, negara kecil yang tak tau malu untuk dijadikan alat kolonialisme, namun Sukarno juga terpancing karena bagaimanapun armada tempur Indonesia yang diborong lewat agenda perang Irian Barat menganggur. Sukarno ingin mengetest Malaysia.

Tapi sial bagi Sukarno, ia justru digebuk Jenderalnya sendiri. Sukarno akhirnya masuk perangkap Gestapu 1965, ia disiksa dan kemudian mati mengenaskan, Sukarno adalah seorang pemimpi, yang ingin menjadikan bangsanya kaya raya itu dibunuh oleh konspirasi. Dan sepeninggal Sukarno bangsa ini sepenuhnya diambil alih oleh modal asing, tak ada lagi kedaulatannya dan tak ada lagi kehormatannya.

Sukarno menciptakan landasan politik kepemilikan modal minyak, inilah yang harus diperjuangkan oleh generasi muda Indonesia, kalian harus berdaulat dalam modal, bangsa yang berdaulat dalam modal adalah bangsa yang berdaulat dalam ekonomi dan kebudayaannya, ia menciptakan masyarakat yang tumbuh dengan cara yang sehat.

Bung Karno tidak hanya mengeluh dan berpidato didepan publik tentang ketakutannya seperti SBY, tapi ia menantang, ia menumbuhkan keberanian pada setiap orang Indonesia, ia menumbuhkan kesadaran bahwa manusia Indonesia berhak atas kedaulatan energinya. Andai Indonesia berdaulat energinya, Pertamina menjadi perusahaan minyak terbesar di dunia dan menjadi perusahaan modal yang mengakusisi banyak perusahaan di dunia maka minyak Indonesia tak akan semahal sekarang, rakyat yang dicekik terus menerus.

Pada Bung Karno, hendaknya jalannya sejarah Indonesia harus dikembalikan.


Sumber :
http://forum.viva.co.id